VIVAnews - Pasangan capres Susilo Bambang Yudhoyono dan cawapres Boediono kembali unggul dalam survei yang dilakukan Soegeng Sarjadi Syndicate. Dari hasil survei, pasangan ini memperoleh 52,5 persen suara.
Sedangkan pangan capres cawapres Megawati-Prabowo mendapat 24,4 persen dan pasangan Jusuf Kalla-Wiranto 20,2 persen.
Survei dilakukan pada 5-9 Juni 2009 di 33 provinsi dengan melibatkan 2.496 responden. Metode yang digunakan untuk daerah penelitian dengan cara penarikan sampel dilakukan secara stratified ramdom sampling dan penarikan responden dengan sampel ramdom sampling. Sampling error mencapai 2,0 persen.
Survei ini lebih banyak dilakukan di wilayah Jawa Tengah dengan melibatkan 15,5 persen responden, Jawa Timur 17,3 persen dan Jawa Barat 17,1 persen responden. Untuk wilayah Sulawesi Selatan hanya melibatkan 3,3 persen responden, serta DKI Jakarta 4,2 persen.
Dukungan terhadap Yudhoyono yang mencapai 52,5 persen turun dibandingkan dengan hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia yang meraih 71 persen jika pemilihan presiden dilakukan saat ini.
Menurunnya dukungan Yudhoyono dalam temuan survei ini karena isu yang menerpa Boediono sebagai ekonom beraliran neo liberal. Selain itu komentar memojokkan dan menyinggung kelompok tertentu yang dilakukan tim sukses Yudhoyono ikut mempengaruhi menurunnya kepemilihan Yudhoyono.
Disamping itu, nama Jusuf Kalla terdongkrak oleh persepsi publik bahwa capres yang diusung Partai Golkar ini lebih berperan dalam menyelesaikan masalah bangsa dengan dukungan publik 41,7 persen. Yudhoyono sendiri dianggap lebih berperan oleh 40,5 persen responden dalam menyelesaikan persoalan bangsa.
Sedangkan Megawati ditolong persepsi publik yang menilai pasangan ini memiliki program politik pertanian pro rakyat dibandingkan Yudhoyono dan Kalla. Selain itu pasangannya, Prabowo, juga mampu ikut menyumbang tingkat kepemilihan Mega karena publik menilai Prabowo mampu mewujudkan kemandirian pangan dan energi. Karena itu berdasarkan hipotesa hasil survei ini, pemilihan presiden diperkirakan akan berlangsung dua putaran.
Menurut pakar komunikasi politik Effendy Gozali di Hotel Four Seasons, Jakarta, Sabtu 13 Juni 2009, tidak mungkin pilpres kali ini dilaksanakan satu putaran. "Lebih realistis dua putaran. Logikanya kampanye dan iklan yang dilakukan oleh SBY selama ini, seperti penurunan BBM, memberantasan korupsi sudah memperoleh hasil lebih dari 20 persen," katanya.
Jika dalam pilpres ini tiba-tiba hasil survei menyatakan 70 persen, dilihat dari kacamata komunikasi politik, kata dia, tidak masuk akal. "Kita tambahkan kalau misalkan, dalam pilpres ini yang dipilih adalah personelnya, kita tambah 20 persen dukung SBY, itu pun hanya memperoleh 40 persen. Ditambah lagi seruan elit partai koalisi untuk memilih SBY, 10 persen, misalkan. Itu pun hanya mampu meraih 50 persen," kata dia.
Dia mempertanyakan adanya hasil survei 70 persen, karena yang paling realistis di atas 50 persen.
VIVA.co.id
27 April 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
Partner
Indonesia tahun ini mendapat 221.000 kuota haji. Selain itu, Indonesia juga mendapat tambahan sebesar 20.000 kuota. Sehingga, total kuota haji Indonesia tahun ini
Khofifah Hadiri Resepsi Harlah PMII Ke-64 di Kediri, Ajak Mahasiswa Bangun Konsolidasi Programatik
Jatim
30 menit lalu
Khofifah mendorong PMII untuk segera menyiapkan konsep bersama elemen bangsa lainnya guna menyiapkan plan of action untuk percepatan mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Pilu, Wisatawan Diperkosa 2 Preman Lokal Saat Kunjungi Pulau Merah Banyuwangi
Banyuwangi
sekitar 1 jam lalu
Malang nasib LJL, gadis berusia 17 tahun asal Kecamatan Srono yang mengalami peristiwa nahas karena diperkosa saat berwisata di Pulau Merah Banyuwangi.
Jadi Penyelamat Indonesia saat Adu Penalti Lawan Korsel, Ernando Ari Ungkap Hal Ini
Jabar
sekitar 1 jam lalu
Sosok kiper Timnas Indonesia U-23, Ernando Ari belum selesai menjadi perbincangan pecinta sepakbola. Pasalnya, Kiper asal Persebaya Surabaya itu menjadi penyelamat saat a
Selengkapnya
Isu Terkini