Sumber :
- VIVA.co.id/Fajar Sodiq
VIVA.co.id - Maestro musik keroncong, Waldjinah, berulang tahun ke-70 pada 7 November 2015. Dia dan keluarganya menggelar perayaan ulang tahun di Atria Cafe Solo pada Sabtu malam. Bahkan, dalam kesempatan itu "Si Walang Kekek" juga menyanyikan dua buah lagu.
Pesta ulang tahun perempuan kelahiran Solo itu digelar secara sederhana. Selain dihadiri keluarga dan kerabat, dimeriahkan juga para seniman, seperti Yati Pesek, Endah Laras, Sruti Respati, dan ‎Indra Utami Tamsir.
Pada perayaan ulang tahun itu, Waldjinah meniup lilin dan pemotongan kue ulang tahun, yang kemudian diberikan kepada anaknya. Saat momen itu lah Waldjinah tak kuasa menahan air matanya.
Penyanyi berjuluk Si Walang Kekek mengaku sangat bersyukur kepada Tuhan dalam usianya yang ke-70 tahun masih diberi kesempatan berkumpul dengan anak tercinta dan keluarga besarnya. Ia pun berterima kasih kepada para tamu yang hadir dalam acara ulang tahunnya.
Waldjinah berharap musik keroncong masih tetap lestari. Dia memohon kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo agar membuat kebijakan yang melindungi dan melestarikan musik keroncong.
Baca Juga :
Harapan Industri Pelayaran untuk Menhub Baru
"Saya ingin keroncong maju terus. Dukungan pemerintah sangat dibutuhkan. Saya berharap Pak Jokowi ngelingi (peduli demi melestarikan) musik keroncong, apalagi Pak Presiden juga orang Solo," ujarnya.
Baca Juga :
Spanduk Setya Novanto Jadi Cawapres Jokowi 2019
Waldjinah pun ikut memeriahkan acara ulang tahun itu dengan menyanyikan lagu Panglipur Wuyung. Lagu itu adalah tembang kenangan dengan almarhum suaminya saat masih berpacaran di masa remaja.
"Itu lagu sangat melankolis. Dulu Bapak saat merayu saya menyanyikan lagu itu. Lagunya ditulis oleh Pak Anjar Ani, sedangkan aransemen oleh Pak Mardiyanto," ujarnya.
Setelah sempat menyanyikan langgam Jawa, di akhir acara, sang maestro keroncong kembali menyanyikan lagu yang pernah populer saat duet dengan Chrisye. Lagu berjudul Semusim itu dinyanyikan bersama putranya Ary Mulyono dalam acara ulang tahun itu. (art)
Halaman Selanjutnya
"Itu lagu sangat melankolis. Dulu Bapak saat merayu saya menyanyikan lagu itu. Lagunya ditulis oleh Pak Anjar Ani, sedangkan aransemen oleh Pak Mardiyanto," ujarnya.
