Moskow di Bawah Nol Derajat Celsius

Pemandangan Kota Moskow dari atas jembatan pada sore hari.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Maya Sofia
VIVA.co.id - Jarum jam menunjukkan angka tujuh di  Bandar Udara Internasional Sheremetyevo, Rusia. Cakrawala sudah gelita. Seorang pria berjaket tebal menyambut di ruang kedatangan. Di tangannya terdapat tablet bertuliskan nama saya dan seorang kawan. Rupanya ia sopir taksi yang bertugas menjemput kami.
Siap-Siap Baper, Nicholas Saputra Terjebak Cinta Segitiga dengan Aktris Filipina dan Aktor Korea
 
Angin malam berembus kencang saat melangkah ke luar bandara.  Suhu udara di bawah nol derajat celsius makin terasa menggigit. Buru-buru, kami menyematkan mantel.
Tabrak dan Hendak Rampas Mobil, 6 Debt Collector Sadis Ditangkap Polres Labusel
 
Di dalam taksi, sang sopir mengeluarkan sebatang rokok. Dibiarkannya salah satu jendela mobil terbuka lebar.  Angin dingin seketika merasuk ke dalam kabin.
Syuting Tak Berizin, Artis dan Kru Variety Show Pick Me Trip In Bali Diperiksa Imigrasi Ngurah Rai
 
“Halo, nama saya Ramis,” sapa sopir tersebut dengan Bahasa Inggris sekadarnya. Di Rusia, memang cukup nadir bertemu dengan masyarakat yang fasih berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. Maka, percakapan kami malam itu dengan sang sopir pun tak jamak.
 
Hanya saja, ia antusias ketika bercerita tentang anaknya yang baru saja menikah.  Tak berbeda dengan ayah lainnya di dunia,  wajah pria tua itu semringah dan bangga saat memperlihatkan video pernikahan sang buah hati.
 
Celotehan sang sopir cukup menghibur kami selama di perjalanan. Apalagi jika mengingat waktu tempuh dari bandara menuju hotel yang cukup lama. Sekitar dua jam.
 
Saat melemparkan pandangan keluar jendela, tampak timbunan salju di pinggir jalan. Pohon-pohon meranggas. Atmosfer kota mulai terasa saat deretan gedung tinggi dan pertokoan menampakkan ‘wajahnya’. Di sepanjang pedestrian, masih banyak warga hilir mudik dengan mengenakan mantel tebal dan sepatu boot.
 
Sementara itu bunyi klakson kendaraan terdengar beberapa kali. Mobil saling salip, menerabas kemacetan yang menjadi problem di Moskow dan kota-kota besar lainnya di dunia.  Saat jam pulang kantor, jalanan di ibu kota Rusia tersebut disesaki mobil pribadi dan taksi.
 
Namun lupakan sejenak soal kemacetan ini.  Di luar masalah tersebut, Moskow menyimpan sejumlah destinasi menarik bagi para pencinta travel.  Sejarah panjang kota dan saksi bisu di dalamnya sangat menarik untuk dieksplorasi.
 
Jika banyak agen travel menyarankan kunjungan ke negeri empat musim ketika semi, panas, dan gugur, maka Rusia lebih menantang untuk disambangi pada saat musim dingin.  Mengapa musim dingin? Selain Rusia yang identik dengan gambaran negara bersalju, beberapa atraksi menarik juga hanya tersedia di musim ini.
 
Nah, berbekal pengalaman berkunjung ke Moskow selama lima hari, VIVAlife mencoba merangkum sejumlah destinasi seru yang bisa Anda kunjungi di kota tersebut.
 
Pesona balet klasik Rusia
 
Meski sudah memasuki musim dingin, pertunjukan balet klasik tak lantas terhenti di Moskow. Sekitar pukul enam malam,  para wanita bermantel bulu dan pria bergaya necis sudah antre memasuki  Kremlin Palace, sebuah gedung modern di dalam Kompleks Moscow Kremlin.
 
Kremlin Palace
 
Suasana di luar gedung Kremlin Palace. Foto: Kremlinpalace.org
 
Malam itu, warga Moskow hendak menyaksikan pertunjukan balet klasik Giselle dengan komposer Adolphe Adam.  Menelisik sejarahnya, balet baru ada di Rusia sekitar tahun 1689. Meski demikian, pertunjukan balet masih terus lestari di Negeri Beruang Putih hingga saat ini. Bahkan, pertunjukan balet rutin diadakan di Kremlin Palace.
 
Sedikit bercerita tanteng Kremlin Palace. Gedung yang dibuka pada 1961 itu mulanya dibangun sebagai tempat pertemuan Partai Komunis.  Seiring waktu,  kini ia jadi tempat perhelatan berbagai acara, seperti konser, fashion show, pemutaran perdana film, balet, opera, hingga sirkus. Para pesohor yang pernah tampil di atas panggung ini antara lain Whitney Houston, Luciano Pavarotti, George Benson, James Brown, dan Eric Clapton.
 
Kremlin Palace terdiri dari beberapa bagian, yakni parquet lobby, heraldic lobby, make-up room, auditorium, cloakroom, dan small hall. Sebagai informasi, cloackroom adalah sebuah ruangan besar tempat orang menitipkan mantel atau jaket mereka saat memasuki gedung.
 
Kremlin Palace
 
Cloackroom, ruangan tempat menitipkan mantel. Foto: Kremlinpalace.org
 
Di tempat itu pula para wanita dan pria merapikan busana mereka sebelum menonton pertunjukan balet klasik Giselle, Rabu malam, 25 November 2015. Beberapa menatap cermin yang menempel di dinding. Memoles wajah dengan make-up atau sekadar merapikan busana.
 
Pukul tujuh malam, pertunjukan balet dimulai. Lampu perlahan meredup. Dari senyap kemudian terdengar alunan musik dari Symphony Orchestra Radio Orpheus yang berada di depan panggung--posisinya di bawah--. Tirai tersibak. Satu per satu penari balet bergerak mengikuti alunan musik. Mengundang decak kagum bagi yang melihatnya.
 
Giselle
 
Pertunjukan balet klasik Giselle. Foto: Kremlinpalace.org
 
Pertunjukan berlangsung selama dua jam dan terbagi menjadi dua bagian. Secara keseluruhan pertunjukan balet klasik Giselle ini sangat memukau, baik dari segi dekorasi panggung, kostum, koreografi, hingga aksi para balerina. Kredit juga patut diberikan pada Symphony Orchestra Radio Orpheus yang tampil secara langsung.
 
Tepuk tangan riuh terdengar saat pertunjukan balet tuntas.  Sang konduktor Symphony Orchestra Radio Orpheus, Sergey Kondrashov,  serta para penari balet muncul di atas pentas untuk memberi hormat pada ratusan orang yang memadati auditorium.  Sejumlah penonton terlihat naik ke atas panggung untuk memberikan bunga dan hadiah kepada mereka.
 
Selanjutnya... Kompleks Moscow Kremlin
 
 
Kompleks Moscow Kremlin
 
Tak hanya gedung modern, di Kompleks Moscow Kremlin juga ditemukan alun-alun paling tua di Moskow, yakni Cathedral Square. Dibangun pada awal abad ke-14, alun-alun ini menjadi saksi bisu dari pembangunan, penghancuran, dan pembangunan kembali sejumlah gereja dan chambers. Bangunan-bangunan yang masih berdiri kokoh di alun-alun ini antara lain Dormition Cathedral dan kompleks Ivan the Great Bell-Tower. 
 
Dormition Cathedral atau disebut juga dengan Assumption Cathedral memiliki lima kubah besar yang bisa dilihat dari kejauhan. Memasuki katedral dari pintu bagian barat, mata akan langsung tertuju pada lukisan di seluruh dinding ruangan. Di dinding paling atas adalah lukisan yang menggambarkan kehidupan Yesus.  Lukisan-lukisan dinding tersebut dibuat dengan menggunakan teknik fresko dan melibatkan sebuah tim yang terdiri dari 150 pelukis pada tahun 1642-1643.
 
Dormition Cathedral
 
Suasana di Cathedral Square saat musim dingin. Foto: VIVA.co.id/Maya Sofia
 
Masih di Cathedral Square, tampak bangunan menjulang tinggi. Dinamakan Ivan the Great Bell Tower, menara tertinggi di Kompleks Moscow Kremlin. Dibangun pada 1508, untuk katedral Ortodoks Rusia, menara ini memiliki tinggi hingga 81 meter.
 
Sedikit berjalan kaki ke arah timur dari Ivan the Great Bell Tower, tersimpan pula lonceng terbesar di dunia. Dinamakan Tsar Bell, lonceng tersebut memiliki diameter 6,6 meter , tinggi 6,14 meter dan berat 202 ton.  Namun karena sebuah peristiwa kebakaran, lonceng tersebut retak dan akhirnya potongan seberat 11,5 ton terpisah.
 
Tsar Bell
 
Tsar Bell, lonceng terbesar di dunia. Foto: VIVA.co.id/Maya Sofia
 
Koleksi unik lainnya yang juga bisa ditemukan di Kompleks Moscow Kremlin adalah Tsar Cannon, diklaim sebagai meriam terbesar di dunia. Letaknya tak jauh dari Tsar Bell. Fakta menarik dari meriam yang diciptakan pada tahun 1586 ini adalah, ia tidak pernah digunakan untuk menembak, bahkan dalam perang sekalipun. Kehadirannya hanya sebagai simbol.
 
Meski demikian, meriam raksasa ini sangat menarik perhatian para wisatawan. Terbukti, banyak turis berhenti dan berfoto sejenak di depan meriam dengan tabung seberat 40 ton dan panjang 5,34 meter itu.
 
Tsar Cannon
 
Para turis melihat Tsar Cannon di Kremlin. Foto: VIVA.co.id/Maya Sofia
 
 
Selanjutnya... Masjid Terbesar Rusia
Megahnya masjid terbesar di Rusia
 
Puas berjalan-jalan di Kompleks Moscow Kremlin, tak ada salahnya bagi turis yang bergama Islam untuk menyambangi masjid yang satu ini. Moscow Cathedral Mosque, letaknya di sebuah kawasan bersejarah di Meshchanskaya sloboda, berdekatan dengan Olympic Sports Complex. 
 
Kebetulan jarak antara hotel tempat saya menginap dan masjid tidak terlalu jauh, sehingga jalan kaki pun menjadi opsi utama. Namun selain berjalan kaki, Anda juga bisa menggunakan kereta bawah tanah yang juga biasa disebut Metro dan turun di stasiun Prospekt Mira.
 
Moscow Cathedral Mosque
 
Moscow Cathedral Mosque dilihat dari seberang jalan. Foto: VIVA.co.id/Maya Sofia
 
Bagi turis wanita yang hendak memasuki masjid wajib mengenakan penutup kepala atau hijab. Jadi pastikan Anda membawa scarf atau pasmina. Sebelum masuk ke pelataran Moscow Cathedral Mosque, setiap turis juga harus melalui sebuah pos pemeriksaan terlebih dahulu.
 
Pintu masuk ke dalam masjid untuk pria dan wanita dibuat berbeda.  Di lantai bawah, Anda akan diarahkan ke dalam sebuah ruangan tepat setelah pintu masuk. Ruangan ini adalah tempat di mana Anda bisa menitipkan mantel dan sepatu.
 
Setelah itu, Anda bisa menuju ke lantai atas dengan menggunakan lift atau tangga. Untuk diketahui masjid yang dibuka oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada 23 September 2015 itu, terdiri dari beberapa lantai. Di salah satu lantainya, Anda bisa menemukan museum yang menyimpan berbagai artefak dari periode Abad Pertengahan dan zaman modern.
 
Moscow Cathedral Mosque
 
Langit-langit Moscow Cathedral Mosque dihiasi kaligrafi dan ornamen. Foto: VIVA.co.id/Maya Sofia
 
Moscow Cathedral Mosque baru sebetulnya dibangun di atas lahan masjid lama yang dihancurkan pada tahun 2011. Ketika itu, masjid lama yang dibangun pada 1904 dianggap sudah tua dan rapuh sehingga membahayakan. Maka, diajukanlah sebuah proyek rekonstruksi membangun kembali masjid yang lebih besar dan luas.
 
Kini pembangunan Moscow Cathedral Mosque baru sudah rampung. Masjid ini pun berganti wajah dan mendapat predikat sebagai masjid terbesar di Rusia. Dari kejauhan, kubah utama setinggi 46 meter tampak menjulang.  Melihat Moscow Cathedral Mosque bagaikan menatap sebuah karya seni yang luar biasa. Baik bagian eksterior dan interior masjid sama megahnya.
 
Tentunya hal ini tak lepas dari kubah masjid yang diselimuti 12 kilogram lapisan emas. Dinding serta langit-langit masjid pun terlihat elok dengan hiasan ornamen tradisional Rusia karya pengrajin Rusia.
 
Dengan segala fasilitas dan kemegahannya, tak heran jika rekonstruksi masjid memakan biaya hingga US$170 juta atau nyaris Rp2,4 triliun.  Seperti dilansir laman RBTH, dana untuk membangun masjid ini datang dari pengusaha Rusia, senator Suleyman Kerimov, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang menyumbang sebesar US$26 ribu atas nama anak-anak Palestina. Sementara itu, Turki diketahui menyumbang mimbar dan mihrab.
 
Selanjutnya... Galeri Bawah Tanah
 
 
 ‘Galeri seni’ di bawah tanah
 
Jika ingin melihat kecanggihan insinyur pada masa Uni Soviet, cobalah menggunakan kereta bawah tanah di Moskow atau biasa disebut dengan Moscow Metro.  Usianya sudah sangat tua. Pertama kali dibuka pada 1935, Moscow Metro hanya memiliki panjang jalur rel sekitar 11 kilometer dan 13 stasiun. Fungsinya menghubungkan pusat kota dengan area industri dan pemukiman.
 
Namun pada tahun 2015, jumlahnya sudah mencapai 197 stasiun dengan total panjang jalur rel 329 kilometer.  Stasiun paling dalam berada 84 meter di bawah tanah, yakni Park Pobedy . Stasiun ini berada pada dua jalur rel yakni Arbatsko-Pokrovskaya serta Kalininsko-Solntsevskaya.
 
Metro Moscow
 
Suasana di stasiun bawah tanah Moskow, Rusia. Foto: VIVA.co.id/Maya Sofia
 
Tak mengherankan bila di stasiun ini, Anda akan menemukan eskalator terpanjang di Eropa. Masing-masing eskalator memiliki panjang 126 meter. Waktu yang dibutuhkan bagi penumpang untuk sampai ke atas dengan eskalator adalah sekitar tiga menit.
 
Bagi turis yang tidak bisa berbahasa Rusia wajib memiliki peta Metro. Anda bisa meminta peta Moscow ini kepada pihak hotel.  Jika berencana bepergian dengan Metro maka ada baiknya bertanya lebih dahulu kepada staf hotel mengenai jalur kereta yang harus Anda lalui beserta stasiun keberangkatan dan tujuan.
 
Membeli tiket Metro juga cukup mudah. Untuk seluruh rute di wilayah Moscow, Anda hanya perlu mengeluarkan uang sebesar 50 rubel. Namun, biaya itu hanya untuk satu kali jalan. Selain membeli di loket, Anda juga bisa membeli tiket tersebut di mesin penjual tiket yang tersedia di seluruh stasiun.
 
Meski tidak sedalam Park Pobedy, seluruh stasiun bawah tanah di Moskow menggunakan eskalator. Rata-rata eskalator di tiap stasiun cukup panjang dan memakan waktu. Meski demikian, perhatikan etika saat berada di eskalator. Di Rusia, jika Anda tidak terburu-buru, hendaknya berdiri di  sebelah kanan.  Sisakan ruang di sebelah kiri bagi penumpang yang tergesa-gesa.
 
Turun ke stasiun bawah tanah, Anda akan disambut dengan lukisan di langit-langit dinding stasiun.  Stasiun terlihat kuno namun mewah.  Stuktur dinding marmer dan deretan patung perunggu membuat stasiun-stasiun di Moskow layaknya galeri seni.
 
Kemudian ada pula lampu-lampu tua yang  tak kalah mempesona.  Namun jangan sampai terlena dengan keindahan interior stasiun. Seperti halnya di negara-negara lain, stasiun kereta juga dipadati penumpang, terutama pada saat jam berangkat dan pulang kantor.
 
Meski jarak antara satu kereta dengan kereta lainnya tidak terlalu lama, namun Anda tetap harus berupaya keras untuk bisa masuk ke dalam kereta pada saat jam sibuk.  Oleh karena itu, disarankan bagi turis untuk menghindari jam-jam sibuk di Moskow.
 
Selanjutnya... Lapangan Merah
 
Saksi bisu kekuatan militer Uni Soviet
 
Berkunjung ke Rusia tak lengkap jika tidak mengunjungi Red Square atau Lapangan Merah.  Inilah saksi bisu dari pertempuran sengit dan unjuk kekuatan militer era Uni Soviet. Ada banyak julukan menyertai sejarah Lapangan Merah. Mulai dari Trinity Square hingga Fire Square. Disebut Fire Square atau lapangan api karena di tempat itu terjadi beberapa kali aksi pembakaran.
 
Kemudian selama invasi Mongol dan Tartar hingga akhir abad ke-17, kawasan tersebut menjadi lokasi pertempuran sengit . Nama Red Square sendiri sebetulnya tidak mencerminkan banyaknya bangunan merah di  tempat tersebut. Bahkan tidak terkait dengan komunisme. Red Square berasal dari Bahasa Rusia, Krasnyi, yang berarti cantik.
 
Patung Marshal Zhukov di Depan State Historical Museum
 
Patung Marshal Zhukov di Depan State Historical Museum, Lapangan Merah. Foto: VIVA.co.id/Maya Sofia
 
Di dunia, Lapangan Merah mulai membetot perhatian publik pada abad ke-20. Ketika itu, lapangan dijadikan parade militer angkatan bersenjata Uni Soviet. Ada tiga peristiwa besar terjadi di lapangan tesebut. Pertama, parade 7 November 1941, di mana tentara muda berbaris melalui alun-alun. Kedua, parade kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman.
 
Seluruh peristiwa itu kini ‘terkubur’ di Lapangan Merah yang kini justru lebih banyak digunakan sebagai lokasi acara hiburan, seperti konser, pertunjukan musik klasik, dan fashion show.  Masih di dekat kawasan Lapangan Merah terdapat pusat perbelanjaan GUM. Pusat perbelanjaan yang dibangun pada tahun 1893 ini kini menjadi tempat untuk toko merek-merek fesyen terkemuka dunia. Setiap musim dingin, Anda juga bisa menikmati seluncur es di arena depan GUM.
 
Terakhir, jangan lupakan ikon terkenal dari Lapangan Merah, yakni Katedral Santo Basil. Dengan kubah yang berwarna-warni, Katedral Santo Basil menjadi bidikan favorit para fotografer. Meski dikenal sebagai St. Basil, bangunan bersejarah ini secara resmi dinamakan The Cathedral of the Intercession of the Virgin by the Moat.
 
St. Basil
 
Pemandangan St. Basil saat pagi hari di Moskow. Foto: VIVA.co.id/Maya Sofia
 
Katedral dari tahun 1560 ini dibangun atas perintah Ivan the Terrible. Uniknya ketika pertama kali dibangun, bagian dinding luar St. Basil berwarna putih dan kubahnya berwarna emas. Hal ini agar cocok dengan dinding Kremlin yang saat itu berwarna senada.  Saat rekonstruksi pada tahun 1860, St. Basil barulah dipoles dengan desain dan warna yang lebih beragam.
 
Saat ini, St. Basil difungsikan sebagai museum. Untuk menuju ke sana, Anda bisa menggunakan Metro dan turun di stasiun Okhotny Ryad. Setelah itu, cukup susuri dengan berjalan kaki.
 
Bila kaki Anda masih kuat melangkah, tak ada salahnya berkeliling di luar Red Square. Di sana, Anda bisa menemukan patung Karl Marx, seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia, serta patung Marshall Zhukov. Tak jauh dari kedua patung tersebut, berdiri gedung Lubyanka yang merupakan bekas kantor pusat badan intelijen Rusia, KGB.
 
Kantor Pusat KGB Gedung Lubyanka
 
Bekas kantor pusat KGB di Moskow. Foto: VIVA.co.id/Maya Sofia
 
Selanjutnya... Jalan Tertua di Rusia
 
 
Menyusuri jalan tertua di Rusia
 
Jika masih ada waktu tersisa untuk berjalan-jalan, sempatkanlah mampir ke Jalan Arbat. Sebab, di sanalah  salah satu jalan tertua di Moskow. Dengan panjang sekitar satu kilometer, jalanan ini konon sudah ada sejak abad ke-15. Merunut sejarahnya, jalan tersebut  pernah menjadi lokasi tempat tinggal paling bergengsi di Moskow.
 
Pada abad ke-19 dan awal abad 20, Jalan Arbat lebih banyak ditinggali oleh seniman dan akademisi.  Kepopuleran jalan itu pun tak surut oleh waktu. Dengan jajaran gedung tua bersejarah dan banyak seniman tinggal di sini, tak heran Jalan Arbat tetap tersohor di kalangan turis.
 
Jalan Arbat
 
Suasana di Jalan Arbat pada malam hari. Foto: VIVA.co.id/Maya Sofia
 
Apa saja yang menarik di Jalan Arbat? Di sini, Anda bisa menemukan banyak seniman yang menjajakan jasanya. Dengan membayar beberapa rubel, turis bisa mendapatkan sketsa potrait wajah mereka yang dibuat oleh para seniman tersebut.
 
Selain bangunan tua, di Jalan Arbat ini juga terdapat sebuah patung perunggu Bulat Okudzhava  yang berada di persimpangan. Okudzhava  dikenal sebagai salah seorang penyair favorit Moskow.  Objek wisata lainnya yang bisa ditemukan di tempat ini adalah air mancur bernama Princess Turandot Fountain.
 
Di Jalan Arbat juga terdapat sejumlah restoran, kafe, toko sepatu, dan toko suvenir. Namun, patut diperhatikan bahwa harga suvenir di tempat ini cukup mahal. Namun jika Anda tak sempat berburu suvenir ke pasar lokal, maka Jalan Arbat bisa menjadi pilihan ketimbang harus membeli cenderamata di bandara yang harganya dipastikan lebih mahal.
 
Selesai menyusuri Jalan Arbat, bukan berarti mata Anda akan berhenti dimanjakan. Tepat di ujung Jalan Arbat, Smolenskaya-Sennaya Ploshchad, berdiri sebuah bangunan setinggi 172 meter. Bangunan ini mampu menyita perhatian para turis karena keindahan arsitekturnya.
 
Selesai dibangun pada tahun 1953, bangunan ini dikenal sebagai satu dari tujuh gedung pencakar langit yang disebut Seven Sisters. Gedung-gedung tersebut dibangun pada tahun 1947 hingga 1953 untuk memperingati ulang tahun Moskow yang ke-800.
 
 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya