Deputi Persidangan DPR Terima BPK Australia

Gedung DPR.
Sumber :

VIVA.co.id – DPR RI menerima kunjungan Badan Pemeriksa Keuangan Australia (Australian Nastional Audit Office (ANAO) pada Jumat, (01/04). Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk melihat situasi lingkungan Gedung DPR RI disela-sela kunjungan kerja resminya untuk melakukan kerja sama dengan BPK RI.

Adian: Puan Sebagai Ketua DPR Tidak Pernah Tutup Mata Terhadap Hak Angket

Delegasi ANAO yang didampingi  Kasubbag Hubungan Antar Lembaga BPK RI ini diterima Deputi Persidangan Sekretariat Jenderal  DPR RI Damayanti. Menurut Damayanti, kunjungan Ketua BPK Australia ini hanya kunjungan biasa. “Dia hanya ingin melihat langsung gedung DPR Indonesia itu seperti apa. Karena dia mendengar dari teman-temannya bahwa gedung DPR Indonesia itu sangat bagus,” ujarnya.

Saat tiba di Gedung DPR RI, rombongan ANAO yang terdiri dari 3 orang yakni Grant Hehir, Tamie Plant dan Andrew Hopope ini langsung dibawa ke Operation Room dan Museum DPR untuk mendengarkan sejarah berdirinya parlemen di ini. Kepada Grant, Damayanti menuturkan bahwa gedung ini sebelumnya  oleh Presiden Soekarno dibangun pada tahun 1965 untuk penyelenggaraan Conference New Emerging Force (Conefo), sebuah kekuatan baru untuk menandingi PBB. “Tapi tidak jadi,” katanya.

Nasdem di Paripurna DPR Bungkam soal Hak Angket Kecurangan Pemilu, JK Bilang Begini

Kemudian, kata Damayanti, pada 9 November 1966, Soeharto, sebagai ketua Presidium Kabinet Ampera, menginstruksikan untuk melanjutkan proyek Gedung Conefo. Bedanya, gedung diubah peruntukannya, yaitu sebagai Gedung DPR/MPR. Di sini Grant diberi penjelasan bahwa selama empat kali dalam seminggu, Operation Room ini dikunjungi masyarakat untuk mendapatkan edukasi politik tentang DPR.

Setelah mengunjungi museum, rombongan berkunjung ke Ruang Rapat Paripurna I yang digunakan saat Presiden menyampaikan pidato kenegaraan dan pembacaan nota keuangan setiap tahunnya. Melihat kondisi ruangan ini dan mendengar penjelasan soal tata letaknya, Grant Herir menyampaikan ketakjubannya.

PPP dan Nasdem Jelaskan Alasan Bungkam soal Hak Angket di Rapat Paripurna DPR

Setelah itu, rombongan dibawa ke Ruang Rapat Paripurna II yang merupakan ruangan yang rutin dilakukan ketika melakukan pengesahan sebuah keputusan. Selanjutnya, rombongan juga sempat mengunjungi Ruang Badan Anggaran.

Menanggapi kunjungan ini, Damayanti mengaku senang dengan adanya tamu dari luar negeri yang berniat untuk melihat keberadaan Gedung Parlemen di Indonesia.

“Kita senang karena ada tamu yang datang untuk melihat Gedung DPR. Memang Gedung DPR ini kan konstruksinya termasuk yang unik di dunia. Jadi saya mengharapkan ada banyak tamu yang akan datang seperti ini. Apalagi ini dari pejabat tinggi di Australia. Jadi kita juga ingin parlemen indonesia terkenal di luar negeri, baik itu kerjanya, arsitekturnya dan lain-lain,” katanya.

Terkait pengembangan museum, Damayanti juga memaparkan akan menindaklanjuti upaya serius untuk mengembangkannya, sehingga bisa menjadi lokasi pembelajaran bagi masyarakat untuk memahami sejarah DPR.

“Terkait museum, kita juga ingin membuat Museum DPR untuk lebih serius, karena selama ini masih dibilang hanya sebagai pojok kecil. Nah nanti akan diupayakan menjadi lebih besar. Supaya bisa menjadi pusat belajar orang. Jadi ke museum itu bukan hanya sekadar melihat-lihat, tapi juga sebagai tempat orang belajar untuk mengetahui sejarah DPR,” katanya. (www.dpr.go.id)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya