Praktek Tata Negara Indonesia Sangat Dinamis

Sekretaris Jenderal MPR RI Ma'ruf Cahyono
Sumber :

VIVA.co.id – Di sela-sela diskusi kelompok dalam rangkaian kegiatan Training of Trainers (ToT) dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, Sekretaris Jenderal MPR RI Ma’ruf Cahyono menyempatkan diri menyampaikan beberapa arahan kepada peserta ToT di lingkungan perguruan tinggi swasta dan negeri se-Jawa Tengah, di Hotel Santika Indonesia Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 23 April 2016.

Pesan Menteri Desa kepada Santri

Dalam arahannya, Ma’ruf Cahyono mengatakan, maksud dan tujuan MPR RI melakukan kegiatan sosialisasi adalah untuk mendapatkan masukan, gagasan dan aspirasi dari para peserta. MPR juga akan mengevaluasi kelompok sasaran peserta. Jangan sampai yang dihadirkan dalam ToT tidak seperti yang diharapkan yakni yang bisa menyampaikan secara eksploratif tapi tepat berdasar norma, ekspresif tapi berdasar norma.

“Kami sangat berharap bapak dan ibu peserta menjadi penyampai yang baik dan berupaya agar apa yang menjadi materi sampai secara tepat kepada diri sendiri dan kepada masyarakat di lingkungan masing-masing,” katanya.

Niai-nilai dalam Pancasila Harus Diperjuangkan Bersama

Ma’ruf Cahyono mengingatkan bahwa praktek tatanegara Indonesia sangat dinamis sekali. Jika MPR mendapat masukan dan gagasan yang baru itu sangat bagus sekali sebab sekali lagi memang dalam praktek tatanegara sangat dinamis sekali. Untuk itu, para peserta harus pandai-pandai menyampaikan ini dengan style dan gaya yang dirasa nyaman.

“Tapi saya berharap, materi-materi ini diupayakan jangan hanya sampai pada tataran mendasar pada aspek kognisi saja tapi juga sampai pada aspek psikomotoris itu yang kami mau sebab sudah lama sekali sosialisasi ini berjalan,” ujarnya.

Peringatan Hari Lahir Pancasila Dipusatkan di Bandung

Untuk diketahui, lanjut Ma’ruf Cahyono, arus besar aspirasi masyarakat saat ini menghendaki adanya penyempurnaan menuju kesempurnaan. Untuk mengakomodir hal tersebut, MPR memerlukan suatu pikiran-pikiran kritis yang muncul dari pihak akademisi. Secara aktif, MPR sangat mengharapkan hasil-hasil pikiran yang ada di kampus-kampus, apalagi pikiran-pikiran itu terformula menjadi pikiran-pikiran yang terstruktur.

Pikiran-pikiran terstruktur tersebut sangat bermanfaat jika para akademisi sang empunya pemikiran mau dan ikhlas berbagi dengan MPR.  Sebab, MPR saat ini sedang menghadap hal yang sangat besar yakni yang utama adalah soal amandemen UUD.  Saat ini sudah mengerucut pada Rapat Gabungan Pimpinan dan Pimpinan Badan-badan dan Lembaga MPR RI telah memutuskan tahapan-tahapan menuju perubahan UUD terutama adalah mainstream keinginan untuk memunculkan adanya sistem pembangunan nasional model GBHN.

“Oleh karena itu akan menjadi baik sekali jika karya bapak dan ibu para akademisi tidak hanya menjadi obyek skripsi, tesis dan desertasi, tapi sampaikan juga kepada kami pasti akan menjadi bahan-bahan formal dan menjadi sandingan kajian anggota MPR. Saat ini, momentumnya sangat tepat di 2016 dan di tahun 2017 diharapkan bisa terjadi, sebab di tahun 2018 fokus sudah terpecah ke pemilihan umum. Posisi momentum saat ini sangat bagus dan kondisi politik stabil,” ujarrnya.

Draft akademik, lanjut Ma’ruf, akan menjadi draft politik yang akan muncul menjadi draft yuridis harus mengalir dari basisnya kedaulatan rakyat/suara rakyat dan akhirnya bermanfaat untuk rakyat. Ma’ruf mengungkapkan, MPR sudah memiliki sejumlah kompilasi aspirasi masyarakat meskipun dengan bahasa sederhana nanti para perumus yang akan mampu meng-quote itu menjadi bahasa-bahasa konseptual.

“Kami juga minta masukan teknis karena ruang kerja saya adalah kesekjenan, saya berharap masukan, bagaimana agar kinerja kita (semua tugas MPR termasuk kegiatan sosialisasi Empat Pilar MPR RI) menjadi lebih baik sehingga outputnya, para peserta sosialisasi akan merasakan betul secara riil manfaatnya dan yang lebih utama lagi, masyarakat luas juga merasakan manfaatnya,” katanya.  (Webtorial)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya