Target Industri Manufaktur dan Jasa Dinaikkan 20%

Ilustrasi industri manufaktur
Sumber :
  • Viva.co.id/Mitra Angelia

VIVA.co.id – Di tengah pelemahan ekonomi dunia saat ini, pemerintah meningkatkan potensi pertumbuhan industri manufaktur dan jasa potensial  menjadi 17 persen-20 persen.

Forum Bisnis RI-Korea, Kadin Buka Peluang Kerja Sama Kendaraan Listrik

Pada 2016, pertumbuhan industri manufaktur sebesar 18 persen dan industri jasa sebesar 12 persen. 

"Dalam konsensus yang kemarin di Davos, Jerman, mengatakan pertumbuhan industri manufakturnya 25 persen, dan servis 15 persen. Jadi, total pertumbuhannya 40 persen. Indonesia ini potensi dinaikkan 17 persen-20 persen, kalau kita bisa efisien mengatur dari hulu ke hilir,"  kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis 26 Januari 2017.

Dulu Beli Holden, Kini Mobil Buatan RI Siap Dijual ke Australia

Syaratnya adalah efisiensi dalam mengatur dari hulu ke hilir industri, meliputi peningakatan pengelolaan bahan baku/mentah (raw material), sumber daya manusi (human resource), teknologi, konsumen (customer), dan aspek ketahanan industri (sustainability). 

"Jadi, itu konsep industri sustainability (berkelanjutan) yang kemarin diusung di Davos," ujar Airlangga.  

Di Indonesia Cuma Segini Orang yang Mampu Beli Mobil Pribadi

Sementara itu, industri yang menjadi prioritas berdasarkan kontribusi terhadap produk domestik bruto 2015 dibagi menjadi beberapa sektor.

Sektor yang terbesar adalah makanan dan minuman (mamin) kontribusinya sebesar Rp540 triliun, sektor elektronik dan logam sama-sama sebesar Rp334 triliun. 

"Industri logam ini merupakan nilai tambah dari tambang, dengan adanya hilirisasi, pertumbuhan di sektor ini luar biasa. Pertumbuhan ekonomi di kawasan industri Kabupaten Morowali (salah satu program prioritasnya pengembangan berbasis industri logam) itu 60 persen, 12 kali dari pertumbuhan nasional," tutur Airlangga

Kontribusi PDB selanjutnya diikuti oleh industri alat transportasi Rp182 triliun, industri farmasi Rp164 truliun, industri tekstil, kulit, alas kaki, dan aneka Rp112 triliun. Lalu, industri barang modal, komponen, dan industri pembangkit listrik sama-sama sebesar Rp45 triliun. 

Lebih lanjut, kata dia, jika hilirisasi industri yang dapat memberikan nilai tambah ditingkatkan dan meluas ke seluruh Indoensia maka pertumbuhan ekonomi pun dapat lebih merata ke seluruh daerah di Indonesia. 

"Kawasan industri Morowali itu hal konkret hilirisasi itu memberikan nilai tambah. Kalau tidak ada gangguan, Indonesia pada 2017, bisa menghasilan dua juta ton logam," kata Airlangga. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya