Pemerintah Dinilai Belum Optimal Kembangkan Biofuel

Direktur Eksekutif CIDES, M. Rudi Wahyono
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA.co.id – Pemerintah masih dianggap kurang memperhatikan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Pemberdayaan Bahan Bakar Nabati atau Biofuel.

Lewat Berbagai Upaya, Pertamina Patra Niaga Berperan Aktif Mengurangi Emisi Karbon

Sebab, pemanfaatan bahan bakar nabati atau biofuel sebagai energi baru dan terbarukan masih menemui sejumlah kendala. Hambatan itu dalam hal produksi, pengembangan produk, bahkan minimnya sosialisasi dari pemerintah mengenai keunggulan dan penggunaannya di masyarakat.

Direktur Eksekutif Center for Information and Development Studies, M. Rudi Wahyono mengatakan, salah satu sumber energi biofuel, yang potensinya masih belum dioptimalkan hingga saat ini, adalah pemanfaatan minyak pohon jarak pagar atau crude jatropha curcas oil (CJCO).

Laptop Acer Aspire Vero 16 Bikin Penasaran

Rudi menilai, minimnya sosialisasi pemerintah soal manfaat tanaman jatropha ini, kerap membuat masyarakat di wilayah Indonesia bagian timur, lokasi tanaman ini banyak tumbuh, mengesampingkan keberadaannya, dan lebih memilih untuk menanam tanaman pangan seperti ubi dan jagung.

"Jatropha ini kalah saing dengan tanaman pangan seperti ubi dan jagung. Di Indonesia bagian timur, tanaman ini akan dibabat jika lahannya ingin ditanami tanaman pangan," kata Rudi dalam sebuah diskusi di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Senin 6 Februari 2017.

Pertamina Luncurkan Sustainability Academy dan Sustainability Center Pertama di Asia

Padahal, tanaman yang sanggup produktif hingga rentang waktu 50 tahun ini, jika diolah menjadi biofuel akan menghasilkan api yang sangat bersih dan minim asap. Bisa dipakai sebagai bahan bakar yang aman, termasuk untuk kendaraan bermotor.

"Sejak 2003 kami bekerja sama dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) untuk menggiatkan sosialisasi mengenai jatropha ini. Bahkan sampai ada media trip dengan berkunjung ke berbagai teknologi yang disiapkan untuk pengembangan jatropha sebagai biodiesel," kata Rudi.

Meski demikian, hingga saat ini upaya untuk mengangkat salah satu jenis energi biofuel ini masih belum optimal. Padahal, Indonesia memiliki potensi keunggulan yang sangat besar, jika pemerintah dan masyarakat mau memberikan perhatian lebih bagi pengembangan energi alternatif dari tanaman jatropha tersebut.

"Saat ini, ada kebutuhan pasar sekitar 1.000 ton bagi CJCO ini, tapi suplai-nya hanya 100 ton. Itu pun masih harus dipenuhi dari hasil hutan, bukan dari perkebunan,” ujarnya. 

Bahkan, menurut dia, fasilitas pabrik pengolahan yang ada pun sudah mulai hancur. Karena, pedagang lebih suka membeli langsung dari masyarakat dan menjualnya secara mentah ke luar negeri. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya