AS Hengkang, China Potensi Pimpin Trans Pasific Partnership

Bendera AS dan China
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id – 11 Negara masih terlibat dalam kemitraan perdagangan Trans Pasific Partnership atau TPP usai Amerika Serikat mengundurkan diri pada awal tahun ini. Atas keputusan AS tersebut 11 negara yang masih tergabung tidak memiliki pilihan selain beralih ke China sebagai pemimpin perdagangan global.

RI Masih Kaji Untung Mana TPP atau Kerja Sama Bilateral

Mantan Wakil Perdagangan AS era Presiden Obama, Ron Kirk mengatakan, usai AS resmi keluar dari kemitraan TPP, sejumlah negara mulai bertanya-tanya apakah bangsa seperti China akan meningkatkan pengaruhnya di dunia untuk mengisi kekosongan ekonomi yang ditinggalkan oleh AS.

Menurutnya, China adalah negara yang miliki perdagangan cukup efektif dan besar ke AS selama ini, sehingga setelah AS keluar dari TPP hanya ada satu alternatif global saat ini dan negara anggota TPP tidak punya pilihan selain untuk terlibat dengan China.

TPP Tanpa AS, Antara Peluang dan Ancaman

"Jadi sebenarnya jika pemerintah AS memperketat diri, itu menjadi ide yang terlalu agresif saat ini sehingga konsekuensinya adalah hal yang tidak diinginkan dan mengerikan bagi bisnis AS ke depannya," jelas Kirk, dilansir dari laman CNBC, pada Selasa 14 Februari 2017.

Ia mengungkapkan, China saat ini adalah ibarat Gorila seberat 5.000 pon di Asia Tenggara, dan negara-negara lain sangat ingin melindungi nilai perdagangannya dengan mencoba mengikuti kemitraan perdagangan dengan AS saat itu. Namun, bila kemitraan tidak ada tentu negara-negara lain akan mundur dari kesepakatan dan perburuk ekonomi AS.

TPP Batal, Kadin Genjot Ekspor ke ASEAN

Kirk menambahkan, selain alternatif perdagangan ke China, kemitraan TPP sebenarnya juga memiliki Kanada yang berusaha menjadi pesaing untuk pimpin perdagangan global usah sepeninggal AS. Langkah itu karena Kanada ingin menjadi bagian dari pasar baru di dunia.

Saat ini, negara-negara yang bermitra langsung dengan Kanada adalah Australia, Jepang, Malaysia, Meksiko, Peru, Vietnam, Chili, Brunei, Singapura dan Selandia Baru.

"Kanada cukup cerdik, karena tetap mencoba bergerak maju dan mengambil keuntungan dari tidak adanya dominasi perdagangan AS khususnya di Asia Tenggara," ujar Kirk.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya