Presiden Direktur PT IBM Indonesia, Gunawan Susanto

Perusahaan Indonesia Jangan Takut Perubahan

Direktur Utama IBM Indonesia, Gunawan Susanto.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Amal Nur Ngazis

VIVA.co.id – Pada akhir Mei lalu, PT IBM Indonesia merayakan keberadaannya selama delapan puluh tahun di Indonesia. Tentu saja begitu banyak pengalaman yang telah dilewati dan dirasakan. Perusahaan teknologi seperti IBM mungkin identik dengan semangat selalu menjadi terdepan dan tercanggih.

'Setan' Siber Terus Mengintai Pengguna Internet

Namun, bagi perusahaan teknologi, transformasi merupakan suatu keharusan agar bisa bertahan menghadapi dahsyatnya perkembangan terknologi. Maka, demi menjalani transformasi yang mulus, IBM berfokus pada tiga strategi bisnis: yaitu menjadi enabler perusahaan untuk bertransformasi, mendukung UKM, startup, dan bisnis baru, serta juga menjadi mitra bagi pemerintah setempat.

Perusahaan yang awalnya bernama Watson Bedriffmachine Java NV/Watson Business Machine Java NV ini berdiri di Indonesia pada 1937, IBM berlokasi di Jalan Hayam Wuruk dengan 5 orang IBMer, panggilan bagi tim IBM. Sampai 2016, jumlah IBMers telah bertambah hingga lebih dari 850 orang karyawan. Tidak hanya itu, IBM Indonesia telah beroperasi di seluruh Indonesia melalui mitra-mitra usahanya dan saat ini memiliki kantor di Jakarta dan Surabaya.

Mengejutkan, Ancaman Keamanan Siber Melonjak hingga 6.000 Persen

Pada awal era komputerisasi di Indonesia, IBM adalah perusahaan yang pertama kali membantu PT Kereta Api bertransformasi di masa itu dengan operasional menggunakan komputer. Komputer IBM Indonesia, yang merupakan Punch Card Data Processing, pertama kali digunakan di Indonesia oleh Perusahaan Kereta Api Indonesia, Perusahaan Jawatan Kereta Api, di Bandung pada 1938. 

Ada juga perusahaan maskapai Garuda Indonesia yang menggunakan komputer IBM dengan sistem Punch Card, untuk pendataan penumpang dan sistem tiket. Garuda Indonesia kemudian menggunakan sistem pemesanan tiket penerbangan yang dikembangkan oleh IBM Indonesia.

Di Masa Depan, Tak Mungkin 'Menolak' AI dan Cloud

Solusi IBM makin meluas. Pada 1976, sebagai bagian dari IBM’s Corporate & Scientific Programs, IBM Indonesia turut membantu dalam proses pemugaran Candi Borobudur dengan menyumbangkan perangkat komputer, untuk menganalina kebutuhan pemugaran. Berkat bantuan ini, pemugaran Candi Borobudur dapat dilakukan dengan lebih cepat dan akurat.

Pada 1980-an, Indonesia kedatangan 'super computer' dari IBM yang pertama kali diberikan kepada Industri Pesawat Terbang Nusantara atau IPTN. IPTN menggunakan IBM 3090 Model 200, sebuah mainframe yang dilengkapi dengan Vector Processor feature yang dibutuhkan oleh software CAD/CADAM untuk mendesain pesawat terbang nasional.

IBM Indonesia juga terlibat dalam membantu pendataan ribuan korban tsunami Aceh pada 2004. Untuk membantu mengatasi bencana alam tersebut, IBM Indonesia hadir dengan membawa seperangkat komputer dan sistem yang dinamakan Sistem Informasi Bencana Aceh (SIMBA) untuk membantu pendataan korban tsunami. Pada 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan tanda terima kasihnya atas kontribusi IBM Indonesia dalam proses pemulihan bencana di Aceh.

IBM Indonesia terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi. Di bidang teknologi, IBM Indonesia juga turut melahirkan kerja sama dan produk-produk baru yang mampu membantu kinerja manusia, sampai layanan smart city. Tidak hanya itu, kehadiran IBM Watson juga menjadi langkah awal IBM Indonesia untuk berkontribusi dalam bidang kesehatan.

Presiden Direktur PT IBM Indonesia, Gunawan Susanto, memaparkan dunia teknologi sudah berubah pada era digital. Untuk menyambut perubahan tersebut, harus cerdas memanfaatkan peluang. Sebab perubahan menurutnya menakutkan, banyak perusahaan yang tidak siap menghadapi perubahan dan terancam tertinggal dengan perusahaan lain.

Gunawan berharap perusahaan di Indonesia bisa cerdas menyambut perubahan, dan bisa menjadi pemain utama di negeri sendiri. Bukan malah terus dikangkangi perusahaan-perusahaan dari luar. 

Berikut wawancara kami dengan petinggi muda IBM yang juga penggemar sepakbola itu:  

IBM sudah lama hadir. Dengan perkembangan teknologi yang pesat, bagaimana IBM menyesuaikan diri?

IBM sejak tahun 1911 jualannya mesin tabulasi, typewriter, kemudian baru masuk mainframe, personal computer. Setelah itu evolusinya panjang kemudian menjadi punya server, storage, software, mulai dari akuisisi PricewaterhouseCoopers (PwC) consulting company dan bergeser mengarah ke business consulting waktu itu. 

Dalam beberapa tahun terakhir kita memang melihat perkembangan dunianya mulai berbeda lagi, banyak yang bilang sekarang ini adalah this is perfect storm. Kalau dulu wave internet cuma sekali, wave-nya dotcom buble cuma sendirian. Yang ini wave-nya berbarengan dari banyak sisi, yang mana people going to mobile, dengan semua masuk area mobility.

Ada Internet of Things (IoT), orang banyak pakai sosmed, kita lihat trennya semua di-provide as service melalui cloud (komputasi awan)Dan data karena ada IoT, mobility, sosmed dan lainnya maka datanya banyak banget, banyak data yang itu disebut unstructure data bahkan yang tidak bisa dibaca oleh sistem. Makanya ini kemudian men-trigger adanya big data analytics

Kombinasi semua ini ini membuat kita melihatnya bahwa this is just beginning, ini baru perubahan awal. Karena yang kita sebut dari deployment sistem yang semuanya as a service, data yang kemudian menjadi new natural resource dan harus di-exploite. Siapa yang bisa punya data maka bisa menang, punya data maka bisa menjadi insight dalam persaingan bisnis bisa menang dan semua orang going to digital itu baru fundamentalnya. 

Beberapa tahun terakhir orang bilang harus going to digital, itu kan mobility, sosial media, cloud, big data analytics, semua berlomba-lomba itu bukan sekali saja, seperti tsunami ini baru gelombang pertama. Next wave-nya yang betul mengubah itu adalah cognitive computing.

Nah IBM ini sejak beberapa tahun lalu lihat tren perubahan ini sehingga berupaya mengubah perusahaannya. Dari IBM kami melihatnya memang suka enggak suka, mau enggak mau, trennya ke arah ke sana, maka awal tahun CEO kami bilang IBM transformasi menjadi perusahaan cognitive cloud company

Tujuannya agar membuat perusahaan ini menjadi lebih relevan dan terdepan. Karena dilihat dari sejarah 100 tahun sebelumnya. perusahaan ini selalu melihat tren ke depan apa dan yang duluan masuk dan melakukan banyak inovasinya. Jadi memang melihat perkembangan zaman dan ke depannya seperti apa, itu lah alasan IBM kenapa berubah. 

Selanjutnya...Komputasi Kognitif

Aplikasi Zoom.

Saham Zoom Kini Lebih Berharga Ketimbang IBM hingga Boeing

Selama pandemi Corona nilai saham Zoom naik sekitar 500 persen.

img_title
VIVA.co.id
8 September 2020