Jokowi Sedih Tiga Anaknya Tak Mau Lanjutkan Usaha Meubel

Presiden Joko Widodo saat menjalani prosesi siraman dalam rangka pernikahan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, dan Selvi Ananda, beberapa waktu lampau.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Maulana Surya

VIVA – Presiden Joko Widodo “curhat” soal latar belakangnya sebagai pengusaha meubel selama 27 tahun. Ceritanya itu diunggah ke akunnya di Facebook, Senin 18 Desember 2017. 

Mendag Lutfi Dinobatkan Jadi Pemimpin Terpopuler oleh Warganet

Menurut dia, usahanya sampai sekarang masih berjalan dan mengekspor meubel ke Eropa, Amerika dan sekarang banyak ke negara Korea dan Jepang. 

"Jadi saya tahu betul seluk-beluk berusaha," tulis Jokowi dalam laman facebook-nya Presiden Joko Widodo dikutip VIVA pada Selasa, 19 Desember 2017.

Menteri LHK: Pembangunan Tak Boleh Terhenti Atas Nama Deforestasi

Jokowi sempat menuturkan, dalam acara enterpreneur wanted di Bandung kemarin, dia mengungkapkan bagaimana mencari modal usaha di awal-awal, kemudian keliling mencari pembeli, mengurus perizinan yang rumit. 

Kemudian, mengisi SPT (Surat Pemberitahuan) Pajak, mengurus karyawan, pegawai, dan mengurusi alat-alat produksi. 

Menko Luhut Ingatkan Visi Poros Maritim Dunia Harus Terealisasi

"Tapi, terus terang, saya sedih tiga anak saya tak satu pun yang mau meneruskan usaha saya. Kurang apa? Pabriknya ada, alat-alat produksinya ada, karyawannya ada," ujarnya. 

Namun, kata Jokowi, yang lebih sedih ketika anak pertamanya Gibran Rakabuming Raka menghadap dia untuk membuka usaha baru. 

"Yang bikin 'shock' waktu anak sulung saya Gibran datang, ‘Pak, saya mau jualan martabak.’ Dalam hati saya, ‘Waduh, jualan martabak,’" katanya. 

Tapi, langkah niat baik yang dilakukan Gibran membuka usaha baru ternyata dapat menyaingi usaha bapaknya sebagai pengusaha meubel. Jokowi terkejut dengan perkembangan usaha anaknya itu.  

"Merek usaha Gibran nilainya lima kali lipat dari merk pabrik kayu saya," katanya. 

Jokowi menambahkan, ini yang membedakan antara generasi tua dengan generasi sekarang anak muda. Generasi dahulu seperti dia lebih bangga jika memiliki aset besar, karyawan banyak, dan ekspor banyak. 

"Saat ini ada hal yang lebih besar nilainya, yakni brand value," tulisnya. 

Maka dari itu, ia tak kaget lagi ketika anak bungsunya Kaesang Pagarep datang dan menyampaikan akan membuka usaha makanan. "Pak, saya mau jualan pisang goreng. Ya sudah," ujarnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya