Harga Pangan dan Minyak Dunia Jadi Risiko Inflasi 2018

Transaksi jual-beli beras di pasar.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

VIVA – Kenaikan harga pangan dan potensi naiknya harga minyak dunia di atas US$60 per barel masih menjadi risiko terhadap tekanan inflasi sepanjang 2018. Hal ini disampaikan oleh ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual.

Agustus 2022 Indonesia Deflasi, Tapi Ada Komoditas Penyumbang Inflasi

Menurut David, kenaikan harga pangan tersebut sudah terlihat pada inflasi sepanjang Januari 2018 yang tercatat sebesar 0,62 persen. Kondisi itu pun sesuai ekspektasi dari sejumlah kenaikan harga pangan pada Januari lalu.

"Jika melihat pada sektor alam seperti cuaca buruk dan harga pangan yang naik (seperti beras dan cabai), inflasi tersebut telah sesuai dengan ekspektasi," ujar David, saat dihubungi VIVA, Kamis 1 Februari 2018.

Memotret Lonjakan Harga di Hari Raya Idul Fitri

Dengan demikian, David menilai bahwa inflasi Januari sudah menjadi hal yang musiman, sehingga sepatutnya pemerintah melakukan pendataan terhadap harga produk pangan dengan jelas dan merinci.

"Pemerintah sudah sepatutnya memberikan data-data produk pangan dengan jelas, serta melakukan kontrol terhadap harga pangan demi menjaga harga agar lebih stabil," ujarnya.

Usai Minyak Goreng dan Kedelai, Kini Harga Daging Sapi Merangkak Naik

Untuk tahun ini, David mengungkapkan, inflasi juga akan dipengaruhi kenaikan harga minyak dunia yang saat ini mencapai US$60 per barel.

"Kenaikan harga minyak dunia juga sangat memengaruhi inflasi sepanjang 2018, di mana harga tersebut dapat mencapai di atas US$60 per barelnya," ujar dia.

Laporan: Arrijal Rachman

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya