Menteri Hanif Ungkap Beda TKI dengan TKA di Indonesia

Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dhakiri (tengah)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aji Styawan

VIVA – Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dakhiri, mengatakan, jumlah tenaga kerja asing (TKA) yang masuk ke Indonesia masih terbilang sedikit saat ini. Apalagi kalau dibandingkan dengan tenaga kerja asal Indonesia yang bekerja di negara lain.

Siapkan Tenaga Kerja yang Kompeten, Kemnaker Ajak Jepang Investasi Pelatihan Bahasa

Hanif juga membandingkan jumlah TKA di negara-negara lain. Di Indonesia, TKA yang ada terbilang sangat kecil yaitu sekitar 0,1 persen dari jumlah pekerja.

"Karena jumlah TKA (di Indonesia) sampai dengan akhir 2017 hanya sekitar 85 ribu dari berbagai negara," jelas Hanif, di Jakarta, Selasa 24 April 2018. 

Bertemu Pelayanan Imigrasi Kementerian Kehakiman, Kemnaker Berharap Banyak Peserta SSW di Jepang

Hanif kemudian menyebutkan, di negara seperti Uni Emirat Arab saja jumlah TKA-nya mencapai 96 persen. Lalu, negara Timur Tengah lainnya seperti Qatar, TKA asal Indonesia mencapai 94,5 persen. 

Sementara itu, menurutnya, di kawasan Asia seperti di Thailand, jumlah TKA hanya 4,5 persen, Hong Kong mencapai 6,6 persen, dan Vietnam 0,4 persen.

Prihatin Tambang Ilegal Marak, Cak Imin: Tambang yang Legal Saja Tak Bawa Kesejahteraan

Hanif juga membandingkan berapa jumlah tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Data dari Bank Dunia hingga Badan Pusat Statistik menunjukkan sekitar sembilan juta pekerja. 

Selain itu, dia melanjutkan, tenaga kerja asal Indonesia kondisinya lebih dinamis. Yakni, mereka tidak hanya bekerja dan berkumpul saat libur, tetapi, juga membuat organisasi untuk mereka beraktivitas.

"TKI kita ini berorganisasi loh. Di Hong Kong organisasi TKI ada sekitar 200-an lebih. Cabang parpol ada, cabangnya ormas ada, cabangnya LSM ada, dan jurnalis ada. Kemudian, kelompok pengajian ada, paguyuban daerah ada. Saya tanya, TKA di sini ada enggak yang begitu," kata Hanif.

"Misalnya ada TKA dari Amerika, dia buka cabang Partai Demokrat misalnya di sini, ada enggak? Jadi kita jauh lebih dinamis," ungkapnya.

Dari jumlah TKA juga, menurutnya, banyak yang terlalu berlebihan menilainya. Ia mencontohkan, ketika seseorang melihat ada 100-200 TKA di suatu bandara, langsung heboh. Padahal, jumlah itu terbilang sangat kecil.

Ia mencontohkan, saat dia merayakan HUT RI setiap tanggal 17 Agustus. Hanif mengaku, di Hong Kong yakni Victoria Park, di mana para TKI berkumpul, jumlahnya bisa lebih dari 30 ribu orang.

"Orang sana juga asoy aja, maksudnya tidak seramai kita (soal TKA)," ujarnya.

Tidak hanya itu, aktivitas para TKI di luar negeri, menurutnya, juga sangat dinamis. Seperti ketika hari raya Idul Fitri, bahkan bisa salat di tempat-tempat umum.

"Maksudnya kita harus melihat (fakta) ini juga. Sehingga cara pandang terhadap TKA di dalam negeri juga lebih proporsional," lanjutnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya