Pemerintah Rapatkan Barisan Hadapi Krisis Turki, Ini Strateginya

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, strategi pemerintah untuk menghadapi tekanan-tekanan global yang saat ini terus terjadi, khususnya krisis perekonomian yang terjadi di Turki, adalah dengan menjaga ketahanan fundamental ekonomi Indonesia. Koordinasi antarlembaga keuangan negara seperti Bank Indonesia serta Otoritas Jasa Keuangan juga akan diperkuat.

Dukung UMKM Indonesia, BRI Gelar Pesta Rakyat Simpedes

Dia mengatakan, upaya tersebut merupakan langkah utama demi menjaga sentimen pasar terhadap perekonomian Indonesia. Sebab saat ini, sentimen pasar masih sangat memperhatikan gejolak ekonomi negara-negara emerging akibat pengaruh kebijakan normalisasi moneter negara-negara maju.

"Jadi kami juga ingin membedakan cerita, narasinya Indonesia dengan negara-negara yang selama ini memiliki kelemahan dan kerapuhan yang lebih tinggi," ujarnya di Jakarta, Senin 13 Agustus 2018. 

Dirut BRI Ungkap 2 Faktor yang Bisa Selamatkan Indonesia dari Resesi di 2023

Selain itu Menkeu juga mengatakan, dalam menjaga fundamental ekonomi Indonesia, pemerintah akan memantau secara cermat neraca keuangan pemerintah, Badan Usaha Milik Negara, hingga perbankan. Sehingga, Indonesia risiko ekonomi dari gejolak tersebut bisa diredam.

Di samping itu, pemerintah dikatakannya juga akan terus menekan impor supaya defisit transaksi berjalan saat ini yang telah tembus 3 persen dapat ditekan. Caranya adalah dengan mendorong substitusi impor, dengan produk-produk domestik yang bisa dimanfaatkan.

Sri Mulyani Ingatkan Risiko yang Intai Ekonomi Global, RI Siapkan Ini

"Kalau kurangi impor berpotensi melemahkan pertumbuhan ekonomi, tetapi skenario seperti itu harus juga kami siapkan apabila situasi memang akan semakin dinamis dan menekan," tutur dia.

Dengan begitu dia berharap, risiko-risiko negatif akibat pengaruh dampak gejolak ekonomi Turki itu mampu direduksi oleh ekonomi Indonesia. Sehingga stabilitas ekonomi dan mata uang rupiah dapat terus dijaga.

"Artinya, kami tetap bisa mempertahankan dan menjaga momentum apabila yang disebut switching itu atau pengalihan expenditure dari tadinya barang impor menjadi barang dalam negeri bisa dilakukan cepat. Sementara itu, kita tetap menjaga risiko tidak tereskalasi karena faktor dari luar." (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya