Perbedaan Ekonomi Indonesia dengan Turki dan Argentina

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA – Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, memastikan, walaupun belakangan ini perekonomian Indonesia tengah menghadapi sejumlah dinamika, seperti pelemahan nilai tukar rupiah, ada sejumlah aspek yang menurutnya masih bisa menjadi faktor utama dalam mempertahankan stabilitas perekonomian nasional.

Rupiah Perkasa ke Rp 16.088 per Dolar AS Usai Rilis Data Inflasi RI

Menurutnya, hal-hal inilah yang membedakan kondisi perekonomian Indonesia saat ini dengan yang terjadi di sejumlah negara. Mereka cukup keras mendapat hantaman dari sisi perekonomian seperti misalnya Turki dan Argentina.

"Apa yang membedakan Indonesia dengan negara lain, adalah bagaimana hati-hatinya kebijakan-kebijakan moneter, fiskal, serta stabilitas sistem keuangan di Indonesia," kata Perry di kantornya, kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat 31 Agustus 2018.

Rupiah Mulai Perkasa ke Rp 16.205 per Dolar AS, Ini Pendorongnya

Perry menegaskan, komitmen pemerintah, yang sangat kuat untuk segera menurunkan defisit transaksi berjalan, merupakan salah satu hal yang mampu menopang stabilitas perekonomian nasional saat ini.

Diutarakannya, pemerintah melakukan sejumlah kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi. Seperti kebijakan kewajiban penggunaan biodiesel 20 persen. Kebijakan ini diharapkan dapat menurunkan impor bahan bakar minyak (BBM) hingga Rp2,2 miliar. 

Rupiah Terpuruk ke Rp 16.265 per Dolar AS

"Tahun depan malah ditambah ekspornya (biodiesel), jadi kemungkinan totalnya ada penambahan devisa sekitar hampir Rp9-10 miliar," kata Perry.

Kemudian, sejumlah langkah lain seperti upaya menggenjot sektor pariwisata, penundaan proyek yang belum financial closing, dan kewajiban komponen produksi dalam negeri atau tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Hal ini menjadi faktor tambahan, yang mampu membedakan Indonesia dari negara-negara lain, khususnya dari Turki dan Argentina yang saat ini sedang mengalami guncangan perekonomian.

"Kami terus mewaspadai dampak-dampak itu, tapi kami yakinkan juga bahwa ketahanan ekonomi RI kuat, dan juga komitmen bersama, serta sinergi yang kuat antara pemerintah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan berbagai pihak lainnya, untuk memastikan bahwa kebijakan kita itu hati-hati," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya