Cuma Andalkan Data, LPS Sayangkan Pengambil Kebijakan Tak Paham Isu

KEtua Dwan Komisioner LPS, HAlim Alamsyah.
Sumber :
  • Arrijal Rachman/VIVA.co.id.

VIVA – Lembaga Penjamin Simpanan atau LPS menyayangkan beredarnya pernyataan para pembuat kebijakan, khususnya di sektor stabilitas sistem keuangan atau SSK yang menempuh kebijakannya berdasarkan data yang ada atau data dependent.

Perkuat Bauran Kebijakan, Bank Indonesia Ungkap Manuver dan Inovasinya

Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah, dalam sambutannya di acara LPS Research Fair 2018 yang pertama, menegaskan, pernyataan pembuat kebijakan yang sering kali mengatakan akan bergantung pada data dalam mengambil keputusan merupakan sebuah bukti bahwa mereka tidak paham atas isu yang tengah terjadi.

"Saya dulu jarang sekali bahwa seorang pembuat kebijakan itu mengatakan demikian. Itu secara diplomatis artinya mereka tidak begitu paham apa yang terjadi, jadi keputusannya mereka hasil menganalisis yang paling baru yang nanti baru akan tersedia. Artinya apakah data mereka kurang atau ada sesuatu lainnya yang kurang paham," katanya di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Selasa 25 September 2018.

Sri Mulyani: Kita Tidak Boleh Abaikan Risiko Resesi, Sebab...

Menurut Halim, dunia saat ini tengah memasuki era baru dalam hal informasi dan data akibat cepat berkembangnya sektor teknologi dan informasi. Akibatnya data dan informasi yang beredar saat ini tidak menunjukkan kebenaran yang akurat atau sebenarnya. Kondisi itu membuat dinamika pelaku pasar sering kali berubah-ubah dan membuat ketidakpastian semakin meluas.

"Respons pelaku ekonomi menjadi tidak mudah dan kemungkinan menimbulkan efek menular jadi lebih besar. Desas-desus tidak benar bisa pengaruhi persepsi dan ekspektasi. Dalam teori ekonomi, self fulfilling prophecy, multiple equilibrium semakin besar, artinya risiko ketidakstabilan menjadi besar walaupun fundamental ekonomi kita baik-baik saja," tuturnya.

Bos BI Beberkan Strateginya Hadapi Normalisasi Kebijakan Moneter

Dampaknya, kata dia, sering kali prediksi saat ini selalu melenceng dari yang terjadi sebenarnya. Lembaga survei, menurutnya, baik di sektor ekonomi, politik, maupun sosial kemasyarakatan saat ini menjadi cenderung lebih kesulitan dalam hal memprediksi para pelaku pasar. Saat ini, data dependent tersebut dianggap tidak bisa dijadikan acuan tunggal dalam mengambil kebijakan.

"Dahulu, waktu saya masih menjadi staf bank sentral, kita hidup dalam sistem politik, ekonomi, sosial kemasyarakatan yang tersentralisasi. Pada waktu itu arus data informasi sifatnya lebih searah. Informasi lebih banyak berasal dari lembaga resmi. Informasi sudah dikemas, diolah lebih terstruktur sehingga masyarakat lebih mudah dipahami," tuturnya.

"Dewasa ini, kita hidup di zaman pasca benar. Ini merujuk pandangan bahwa kebenaran itu konsep yang abstrak. Kebenaran tidak memerlukan fakta realistis. Konsekuensinya sesuatu yang diulang-ulang, dibaca orang meluas, tidak ada bantahan yang kredibel, akhirnya itu dianggap sebagai kebenaran," ungkapnya.

Karena itu, dia menegaskan, LPS membuat LPS Research Fair 2018 saat ini untuk memahami persoalan tersebut secara menyeluruh, supaya para pembuat kebijakan dan para analis mampu mendalami bagaimana bisa mengendalikan perilaku. Selain itu, bagaimana menyebarkan informasi yang benar dalam membuat diskursus yang lebih terukur, intens, dan langsung.

"Sehingga beberapa aspek yang saya katakan tadi bisa dikurangi. Akhirnya tentu rasional ekspektasi pasar bisa muncul. Dengan demikian ini menjadi research space yang jauh lebih menarik," tutur Halim.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya