Genjot KPR Mikro ABCG, BTN Bakal Gandeng Universitas se Indonesia

Gedung Bank Tabungan Negara (BTN)
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA – PT Bank Tabungan Negara Tbk. siap melebarkan sayap untuk menyebarkan implementasi Kredit Pemilikan Rumah Mikro yang menggabungkan unsur Academy-Business-Community-Government atau ABCG. Perseroan juga siap menggandeng universitas di berbagai daerah di Indonesia. 

Ekspansi Bisnis di Parepare, BTN Targetkan Salurkan KPR Baru Rp48 M

Langkah tersebut dilakukan perseroan untuk menciptakan pertumbuhan sektor properti yang positif dan berkelanjutan, terutama yang menyasar kalangan masyarakat menengah ke bawah. Universitas yang diajak kerja sama salah satunya Universitas Mulawarman.

Direktur Utama BTN, Maryono mengatakan, peluang bisnis properti di Indonesia masih sangat besar. Untuk itu, perlu adanya ekosistem yang mampu menyokong sektor ini tumbuh positif dan berkelanjutan. 

Gara-gara Hal Ini, Nasabah Loyal BTN Meningkat 222 Persen

Salah satu yang bisa dimanfaatkan, lanjut Maryono, yakni kalangan perguruan tinggi. Apalagi, Indonesia memiliki sekitar 4.500 universitas yang bisa dikembangkan menjadi perguruan tinggi berkelas internasional.

Salah satu program kewirausahaan yang disiapkan BTN, yakni socio-technopreneurship berupa KPR Mikro ABCG. Kerja sama ini juga menjadi peluang bagi Universitas Mulawarman untuk melakukan hal serupa di Samarinda dan sekitarnya.

BTN Targetkan Kredit pada 2022 Tumbuh hingga 11 Persen

“Kami telah mengimplementasikan program KPR Mikro ABCG tersebut dengan Universitas Diponegoro di Kendal. Kami pun siap menggajak universitas-universitas lain di seluruh Indonesia,” ujar Maryono dikutip dari keterangan resminya, Senin 1 Oktober 2018.

Adapun, KPR Mikro ABCG merupakan skema hasil kolaborasi empat pihak yang terdiri atas akademisi, dunia usaha, komunitas, dan pemerintah untuk mendukung pembangunan perumahan swadaya yang berbasis komunitas yang membutuhkan rumah tinggal.

Skema KPR ini menyasar masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) unbankable di Indonesia yang masih hidup di rumah kontrakan dan lingkungan tidak layak huni.

Menurut Maryono, melalui program KPR mikro ABCG tersebut, sertifikat tanah yang ada bisa langsung dipecah, kemudian masyarakat kategori MBR bisa segera memiliki rumah dan tanah dengan harga murah dan jangka waktu lebih pendek.

“Jadi, ini yang memberikan kemudahan dan sangat ringan bagi masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap. Nantinya, untuk komunitas dan teknis pendekatannya di universitas dan kabupaten yang siap, akan kami buatkan," tambahnya.

BTN, tambahnya, juga bisa memberikan kerja sama dengan universitas dalam hal menginisiasi membuat inovasi inkubator bisnis tingkat awal. Hingga saat ini, perseroan telah membuat BTN Zone dengan berbagai fasilitas di perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia. 

“Kami pun akan kembangkan suatu pembinaan pada startup-startup mahasiswa untuk diberikan binaan. Apalagi, kami akan bekerja sama dengan plug and play yang ada di Amerika,” ujar Maryono. 

Maryono memaparkan, perseroan pun tetap berkomitmen dalam mendukung program pengembangan perguruan tinggi di Indonesia. Beberapa langkah yang disiapkan mulai dari kerja sama penelitian dan pengembangan, program pendidikan dan pelatihan, hingga seminar yang berkaitan dengan perumahan. 

“Selain itu, kami juga akan terus mengembangkan program-program kewirausahaan lainnya khususnya yang berbasis socio-technopreneurship,” ungkapnya. 
 
Lebih lanjut, menurutnya, kewirausahaan dapat menjawab peluang bisnis yang masih besar di Indonesia. Di sektor properti misalnya, angka kebutuhan rumah pun tercatat naik 800 ribu unit setiap tahun. Namun, jumlah ketersediaan rumah baru berkisar 250-400 ribu unit per tahun. Angka backlog perumahan dari MBR unbankable pun mencapai enam juta kepala keluarga di seluruh Indonesia.
 
Di sisi lain, dalam jangka panjang yakni pada 2030, diperkirakan penduduk usia produktif Indonesia pun tercatat bisa mencapai di atas 60 persen. Pada 2030, kelas menengah di Tanah Air yang berpenghasilan di atas US$3.600 juga diproyeksi mencapai 135 juta jiwa. 

Pertumbuhan tersebut juga kian didukung dengan literasi internet yang semakin meningkat serta kenaikan permintaan produk berbasis digital di pasar global.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya