Hingga Akhir 2018, PLN Tak akan Cetak Laba karena Rupiah Melemah

Pekerja memasang kawat baja sebelum pengujian tower transmisi listrik milik PLN. Foto ilustrasi
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Saptono

VIVA – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) diperkirakan tidak akan memeroleh laba hingga akhir 2018. Hal itu disebabkan karena beban nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang melonjak tajam dari acuan nilai tukar perseroan yang telah ditetapkan pada awal tahun.

Penyebab Laba Bersih Amman Mineral Internasional Turun 27 Persen di Q1-2024

Direktur Keuangan PLN, Sarwono Sudarto menjelaskan, pada awal tahun PLN telah menetapkan acuan nilai tukar rupiah sebesar Rp13.800 per dolar AS, namun saat ini pergerakan rupiah dikatakannya telah menyentuh angka Rp15.200 per dolar AS.

Dengan demikian, pembukuan laba perusahaan dikatakannya terkikis karena memang penjualan produk PLN dilakukan dengan rupiah sedangkan pembelian bahan bakunya menggunakan dolar.

Laba Bersih Medco Energi Kuartal I-2024 Turun 11 Persen, Ini Pemicunya

"Nilai kurs kan Rp15.200, naik kan. Tapi kalau berubah lagi, ya pembukuan turun lagi. Jadi ini soal pembukuan saja," katanya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu 24 Oktober 2018.

Meski begitu, Sarwono belum mau menyebutkan kerugian maupun laba perusahaan saat ini dan proyeksi ke depannya secara rinci, lantaran level depresiasi rupiah terhadap dolar AS dikatakannya masih akan terus berlangsung hingga akhir tahun.

Adaro Energy Cetak Laba Bersih US$374,3 Juta di Q1-2024, Turun 18,3%

Namun, dia juga menegaskan, dari sisi operasional, PLN masih bisa membukukan laba. Disebabkan perseroan memang sudah lama melakukan lindung nilai atau hedging untuk pembelian bahan bakar berupa gas dan batu bara, di samping juga tarif energi yang disalurkan perseroan dikatakannya masih dalam kondisi yang bagus.

"Operasionalnya doakan untung. Tarif bagus tapi kita untung. Dari sisi operasional kita untung, tapi pembukuan ada ruginya. Itu tidak menganggu investasi kita, karena ruginya rugi buku aja," ujarnya.

Sebagai informasi, pada semester I-2018, PLN mencatat rugi sebesar Rp5,35 triliun. Hal itu disebabkan oleh membengkaknya beban usaha yang ditanggung perseroan, di mana tercatat meningkat dari Rp130,25 triliun di semester I 2017 menjadi Rp142,42 triliun pada semester I 2018.

Selain itu, pada periode tersebut juga PLN mencatat kenaikan rugi kurs sebesar Rp11,57 triliun. Padahal di periode yang sama di tahun sebelumnya hanya mencatat Rp222,45 miliar. Serta beban keuangan yang mencapai Rp10,13 triliun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya