Banyak Ekspansi Proyek Industri, Menperin Optimis Investasi 2019 Naik

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (tengah) berbincang dengan Kepala BKPM Thomas Lembong (kiri) dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya sebelum mengikuti rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengungkapkan optimismenya bahwa di 2019 ini geliat investasi di Tanah Air, akan kembali meningkat dibandingkan 2018 lalu.

Ombudsman: Bunga Investasi yang Sangat Tinggi Itu 99,9 Persen Penipuan

Apalagi, dia pun mengaku bahwa investasi di sektor industri pada sejumlah proyek-proyek utama, seperti misalnya di sektor petrokimia dan baja, secara berangsur mulai masuk lagi ke Indonesia.

"Jadi, seperti Lotte yang kemarin groundbreaking, itu akan selesai di 2022. Itu tambahan satu juta produk plastik dan turunannya," kata Airlangga di kantor BKPM, kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu 6 Februari 2019.

3 Tips Ini Bisa Buat Kamu Terhindar dari Penipuan Investasi

"Kemudian juga di Krakatau Steel, kita rencanakan 10 ton sampai 2022, dan ini pembicaraan sudah mulai dan mereka akan masuk di controlling mill ekspansi," ujarnya.

Airlangga menjelaskan, ekspansi-ekspansi semacam ini merupakan pola ekspansi yang selama hampir dua dekade ini berhenti di industri nasional. Namun, hari ini, semakin tingginya tingkat kepercayaan para pelaku industri di sektor-sektor itupun diharapkan mampu membuatnya kembali bergerak ke arah positif.

Tekan Emisi Karbon, Kementerian Investasi dan VKTR Hibahkan 3 Bus Listrik ke UGM

"Jadi, cluster Cilegon bertambah dan cluster Jawa Timur, di mana salah satunya dari divestasi Freeport kan ujungnya masuk bikin copper (tembaga) smelter. Copper smelter seperti ini kan terakhir dibangun di Gresik, juga di eranya Pak Harto," kata Airlangga.

Dengan kembali masuknya investasi industri copper smelter, Airlangga memastikan bahwa industri refinery (kilang minyak) juga akan kembali bergeliat. Hal itu belum termasuk tambahan dari sektor industri baja di Sulawesi Tengah, yang saat ini sudah bisa mengekspor US$5 miliar dan membantu menaikkan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat sebesar 78 persen.

"Itu menunjukkan bahwa industri ini makin diminati oleh investor dalam dan luar negeri yang melakukan ekspansi. Tambahan lagi kemarin misalnya, ekspor perdana dari SAT Nusantara untuk produk smartcomm set outbox ke Amerika, menunjukkan bahwa selain China dan Vietnam, Indonesia juga bangkit kembali," kata Airlangga.

"Kemudian, kerja sama Korea dengan Indonesia, di mana dua project, dalam tanda petik, akan segera direalisasikan tahun ini di sektor petrokimia, otomotif, dan baja. Dengan demikian, nanti akan menimbulkan 'bandwagon effect' terhadap investor-investor lain," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya