Kadin Beberkan Pekerjaan Rumah Pemerintah Hadapi Era Industri 4.0

Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Perkasa Roeslani.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia, Rosan P. Roeslani, mengapresiasi para anak muda yang berada di balik sejumlah startup dan unicorn Indonesia saat ini.

Rektor IPDN Mendorong Kesiapan Hadapi Revolusi Industri

Dengan kejelian, mereka melihat besarnya peluang dalam memanfaatkan perkembangan ekonomi digital yang begitu cepat, yang akhirnya bisa membuka jalan bagi para usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk menjangkau pasar yang selama ini sulit mereka penetrasi.

"Yang membanggakan adalah mereka membuka lapangan pekerjaan, mendatangkan investasi, dan tentunya bisa membawa serta melahirkan inspirasi pada banyak anak muda, entrepreneurship, terutama kepada UMKM," kata Rosan di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu 27 Februari 2019.

KTT ASEAN Jadi Momentum Indonesia Perkuat Industri Digital

Rosan melihat bahwa hal itu merupakan salah satu modal Indonesia menghadapi era industri 4.0 saat ini. Apalagi, pemerintah juga telah merancang roadmap menuju industri 4.0, guna memberikan penunjuk arah industri prioritas yang akan menjadikan Indonesia negara industri dan salah satu dari 10 kekuatan ekonomi terbesar pada 2030.

Meski demikian, lanjut Rosan, hal penting yang juga harus diingat adalah saat ini pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah yang cukup besar, dalam mempersiapkan diri guna menghadapi era industri 4.0 tersebut.

'Smart Mining' di Industri Pertambangan

"Banyak sekali PR kita dalam menghadapi kegiatan ini. Masalah tenaga kerja, konektivitas. Karena di satu sisi kenaikan upah buruh itu pasti setiap tahun, tapi kita tidak pernah memikirkan masalah kualitas dan bagaimana meningkatkan daya saing dari para pekerja kita," ujarnya.

Rosan menjelaskan, perbaikan di sektor ketenagakerjaan dan konektivitas ini merupakan hal yang sangat penting, karena Bank Indonesia memprediksi bahwa pada 2025, setidaknya Indonesia akan mempunyai pasar US$150 miliar atau kurang lebih Rp2.000 triliun di sektor ekonomi digital tersebut.

Sementara itu, menurut dia, pasar digital ekonomi di Asia Tenggara pada 2025 kurang lebih akan mencapai US$240 miliar.

"Maka kalau kita lihat dari angka-angka itu, Indonesia akan menjadi leader dari digital economy di ASEAN. Tentunya kita harus melakukan banyak hal," kata Rosan.

"Termasuk, bagaimana kita memanfaatkan bonus demografi yang kita sekarang alami, dan akan berakhir pada tahun 2038-2040. Jadi jangan sampai bonus demografi ini nantinya justru akan menjadi beban demografi di masa mendatang apabila kita tidak memanfaatkan," tuturnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya