BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 6 Persen

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Galih Pradipta

VIVA – Rapat Dewan Gubernur atau RDG Bank Indonesia pada Mei 2019, memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan BI, 7-Day Reverse Repo Rate sebesar enam persen.

Bos BI Ungkap Pentingnya Instrumen Keuangan Berkelanjutan di G20

Begitu juga, untuk suku bunga deposit facility yang tetap dipertahankan sebesar 5,25 persen dan suku bunga lending facility sebesar 6,75 persen.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menilai, keputusan itu masih tetap konsisten dengan upaya menjaga stabilitas eksternal perekonomian Indonesia, sambil juga mendukung pertumbuhan ekonomimya.

BI: Obligasi Hijau Catatkan Penerbitan Tertinggi pada 2021

"Keputusan tersebut sejalan untuk menjaga stabilitas ekstenal perekonomian Indonesia, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat," kata Perry, saat konferensi pers hasil RDG di kantornya, Jakarta, Kamis 16 Mei 2019.

Sementara itu, lanjut dia, untuk terus mendorong pertumbuhan permintaan domestik, demi memacu pertumbuhan ekonomi, BI terus melakukan pendalaman kebijakan makroprudensial yang akomodatif.

Ekonomi Global Berangsur Pulih, BI Ungkap Strategi Hadapi Risikonya

Kebijakan tersebut di antaranya, dengan memastikan ketersediaan likuditas maupun mendukung pendalaman pasar keuangan melalui penguatan strategi operasi moneter.

"Kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar juga terus diperkuat. Koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, juga akan terus dipertahankan demi menjaga stabiltas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi," tegasnya.

Selain itu, melalui RDG pada bulan ini, Perry mengaku bahwa Bank Indonesia juga akan terus mencermati kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal perekonomian Indonesia sebagai basis untuk mempertimbangkan kebijakan moneter yang lebih akomodatif.

"BI akan mencermati kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal Indonesia dalam mempertimbangkan terbukanya ruang kebijakan moneter yang akomodatif, sejalan dengan rendahnya inflasi dan upaya dorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri," tutur dia. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya