Lesunya Industri Pengolahan Penyumbang Defisit Perdagangan April 

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA – Lesunya kinerja industri pengolahan nasional sepanjang April 2019, dinilai ikut menjadi penyebab dari anjloknya nilai ekspor hingga 13,10 persen. Hal itupun, memicu defisit neraca perdagangan mencapai US$2,5 miliar.

Neraca Perdagangan Januari Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi RI

Ekonom Universitas Brawijaya, Candra Fajri Ananda mengatakan, melambatnya pertumbuhan industri pengolahan dinilai memiliki pengaruh besar terhadap kinerja ekspor nasional. Terlebih, kebijakan industri hingga kini tak alami perubahan berarti. 

"Sekian tahun, industri kita ini mandeg," ujar Candra dalam keterangannya, dikutip Jumat 17 Mei 2019.

Neraca Perdagangan RI Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia

Ia mengungkapkan, saat ini, sulit menemukan industri baru bisa berkembang. Hal ini, menurutnya, merupakan dampak dari kebijakan industri nasional yang berpaku pada kebijakan substitusi impor. Padahal, bisa jadi kebijakan itu sudah tidak lagi cocok dengan kebutuhan indonesia saat ini. 

Menurutnya, seharusnya Indonesia bisa menjadi bagian dari industri dunia. "Misalkan Korea, bikin mobil. Ya sudah, kita sediakan joknya atau kampas remnya. Jadi, menjadi bagian dari itu. Jangan memproduksi mobil," ujar dia. 

Neraca Perdagangan Oktober Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Ia menuturkan, meski daya saing Indonesia sudah sempat meningkat, namun keterbatasan pasar dinilai semakin memperparah lesunya kinerja ekpor ini. 

"Makanya kemarin, Kementerian Perdagangan melakukan kerja sama dengan beberapa negara di Amerika Latin jadi memperluas ekspansi pasar, harapannya mungkin itu," kata dia.

Sedangkan Deputi Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Yunita Rusanti menjelaskan, nilai ekspor industri pengolahan mengalami penurunan cukup dalam pada April yaitu turun hingga 11,82 persen. 

Penurunan tersebut, lanjut Yunita membuat pertumbuhan ekspor nasional secara keseluruhan pun sulit terangkat dan tercatat negatif hingga 13,10 persen secara year on year. 

Ia menuturkan, ekspor industri pengolahan merupakan kontributor terbesar yang membentuk total nilai ekspor Indonesia. Porsinya pada April mencapai 74,77 persen dari total ekspor pada bulan yang sama. Nilainya sendiri berada di angka US$9,42 miliar. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya