Bank Dunia Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,2 Persen pada 2020

Perwakilan Bank Dunia di Indonesia Rodrigo A Chaves.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Rahmat

VIVA – Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019, dapat mencapai 5,1 persen. Angka itu, kemudian terus meningkat menjadi 5,2 persen pada 2020 mendatang.

Bank Dunia dan IMF Berlomba Suntik Dana Miliaran Dolar ke Ukraina

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rodrigo A. Chaves menjelaskan, hal itu didukung oleh konsumsi masyarakat, yang akan terus meningkat, karena inflasi rendah dan pasar tenaga kerja yang kuat. 

"Kemudian, posisi fiskal yang lebih kuat akan memungkinkan bertambahnya investasi pemerintah, termasuk proyek infrastruktur baru dan upaya rekonstruksi di Lombok dan Palu pascabencana alam," kata Rodrigo di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Senin 1 Juli 2019.

Situasi Mencekam, Bank Dunia dan IMF Pindahkan Staf dari Ukraina

Rodrigo menjelaskan, berdasarkan laporan triwulanan pihaknya terkait perekonomian Indonesia edisi Juni 2019, dijelaskan kebijakan makro ekonomi yang terkoordinasi dan hati-hati, telah membawa stabilitas bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah gejolak global dan serangkaian bencana alam.

Bahkan, pada kuartal I-2019, pertumbuhan PDB riil Indonesia tetap stabil di level 5,1 persen. Sehingga, meskipun ada gejolak perekonomian global, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh konsisten dengan pertumbuhan kuartalan antara 4,9 hingga 5,3 persen selama 3,5 tahun terakhir.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

"Manajemen ekonomi Indonesia yang bijaksana telah membuahkan hasil. Meski pada 2018 arus modal yang keluar dari pasar di negara-negara berkembang lebih besar dibanding saat Amerika Serikat menaikkan suku bunganya pada 2013, ekonomi Indonesia tetap kuat, sehingga membantu menurunkan tingkat kemiskinan ke rekor terendah sebesar 9,7 persen pada September 2018," kata Rodrigo.

Selama kuartal I-2019, terjadi peralihan pendorong pertumbuhan ekonomi Indnesia, di mana pertumbuhan investasi melambat dari tingkat tertingginya selama beberapa tahun terakhir. Sementara itu, konsumsi masyarakat dan pemerintah pada saat bersamaan justru tengah meningkat.

Defisit transaksi berjalan di awal 2019 pun mengecil, karena impor menyusut lebih cepat dari ekspor akibat pertumbuhan investasi yang melambat.

Rodrigo menambahkan, kondisi makro keuangan Indonesia juga membaik sejak November 2018. Di mana, aliran modal masuk juga kembali pulih, pasca gejolak keuangan global pada pertengahan 2018 lalu.

Apalagi, dengan nilai tukar mata uang yang relatif stabil, harga minyak yang rendah, dan harga energi domestik yang stabil, inflasi pun turun menjadi rata-rata 2,6 persen pada kuartal I-2019 dan menjadi yang terendah sejak kuartal IV-2009.

Karenanya, untuk meningkatkan kinerja ekonomi di masa mendatang, Rodrigo menekankan Indonesia perlu melakukan reformasi struktural serentak, dalam menjalankan kebijakan fiskal dan moneter yang kokoh.

"Untuk mempercepat pertumbuhan dari tingkat sekarang, Indonesia membutuhkan reformasi struktural lebih banyak dan berkesinambungan, sambil mempertahankan kebijakan fiskal dan moneter yang kokoh," kata Rodrigo.

"Karena risiko terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia telah meningkat, dengan kembalinya eskalasi ketegangan perdagangan global yang mungkin akan membebani perdagangan dunia. Selain itu, pertumbuhan global yang lebih lambat di antara negara-negara maju dan Tiongkok, juga membawa risiko besar," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya