Bisnis Karoseri Mati Suri, 1.500 Pegawai Adiputro Kena Imbas Pandemi

Pabrik karoseri di PT Adiputro Wirasejati di Jalan Raya Balearjosari, Blimbing, Malang.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA – Hening, tidak ada percikan api, tidak ada bau cat, tidak terdengar suara bising orang dalam pembuatan rangka, pemasangan panel, pendempulan dan pengecatan, pembuatan interior, penyelesaian hingga pengecekan mutu tidak terlihat di industri karoseri milik PT Adiputro Wirasejati di Jalan Raya Balearjosari, Blimbing, Kota Malang. 

Penyaluran Dana Bansos Sembako dan PKH di Kantorpos Tangsel oleh Pos Indonesia Capai 93%

Jajaran direksi Adiputro mengaku industri miliknya sangat terdampak oleh pandemi COVID-19. Pernah mencatatkan nol order selama tiga bulan, karena tidak ada pemesanan dari perusahaan otobus untuk pemasangan bodi bus ataupun perakitan. Pilihannya adalah melakukan rasionalisasi dengan merumahkan hampir separuh dari sekitar 1.500 karyawan mereka. 

"Saya berharap pandemi COVID-19 segera berakhir. Karena apa, jumlah karyawan 1.500 orang, terkena rasionalisasi separuh dari mereka dirumahkan. Dari separuh ini juga masih on-off (bergantian)," kata Direktur Adiputro, Jesse Jethrokusumo, Sabtu 29 Agustus 2020. 

Kalah di Pilpres 2024, Ini Kegiatan yang Bakal Dilakukan Mahfud Selanjutnya

Baca juga: Jika Ekonomi RI Minus 1,1 Persen pada 2020, Kemenkeu: Itu Prestasi

Jesse mengungkapkan, sejak fokus pada industri karoseri di tahun 1973 tidak pernah suasana pabrik seluas 8 hektare ini sunyi tanpa pengerjaan. Di kurun waktu Mei hingga Juli 2020 mereka mencatatkan bisnis terburuk sepanjang sejarah perusahaan dengan nol order alias tidak ada yang memesan sama sekali. Padahal di situasi normal menerima orderan hingga 150 unit per bulan. 

Utang Pemerintah Maret 2024 Turun Jadi Rp 8.262 Triliun, Begini Rinciannya

"Penurunan sampai 95 persen, sejak Maret curva penjualan semakin turun. Kita bahkan pernah tidak ada penjualan sama sekali atau nol order, itu kisaran bulan Mei, Juni, dan Juli. Perlahan ada pemesanan di Agustus ini jumlahnya 3 unit. Padahal 2019 lalu per bulan kita dapat pesanan 125 sampai 150 unit," ujar Jesse. 

Adiputro merupakan perusahaan karoseri terbesar di Jawa Timur. Murni mengembangkan usaha karoseri pada 1973, dimulai dengan menggarap bus kecil, T100 dan L300 milik Mitsubishi, serta Suzuki Carry. Sejak berdiri hingga sekarang, Adiputro berbisnis dengan puluhan perusahaan otobus dari banyak daerah di Indonesia. Dari seluruh perusahaan otobus, 60 persen di antaranya perusahaan bus pariwisata, sisanya perusahaan bus reguler. 

Sekarang Adiputro lebih banyak merakit bus besar Mercy dan Hino, serta sasis Isuzu untuk minivan empat roda. Mereka punya bus varian andalan yang mereka beri nama Jetbus. Keunggulan Jetbus adalah penggunaan teknologi suspensi udara (air suspension), selain tampilan yang mewah, lapang, dan nyaman. 

Sementara itu Managing Director Adiputro lainnya, David Jethrokusumo mengatakan situasi ini sulit namun tidak ada pilihan selain harus menjalani dengan keputusan pahit berupa merumahkan ratusan karyawan. Dia mengenang pada tahun 1997 hingga 1998 saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Saat itu situasi perekonomian sedang lesu tetapi tidak selesu saat ini. 

Menurutnya, pandemi COVID-19 membuat perusahaanya ibarat 'Mati Suri'. Tiga bulan tanpa pemesanan, serta baru memproduksi lagi 3 unit di bulan Agustus 2020.

Dia menyebut, perusahaan otobus juga berpikir rasional terkait biaya pengeluaran perusahaan. Mereka saat ini lebih memilih menahan uang untuk belanja unit bus karena sejumlah wisata masih tutup dan masyarakat sebagai konsumen PO Bus juga terdampak COVID. 

"Saya sempat bayangkan misalkan vaksin COVID-19 keluar kemudian bisnis mampu pulih 50 persen saja itu sudah bagus. Karena krisis moneter se-Indonesia saja butuh waktu 2 tahun untuk pemulihan. Sementara pandemi ini global," tutur David. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya