BPS Hitung Luas Panen Pakai Metode Baru, Produksi Padi 2020 Naik

Kelompok tani di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua melakukan Panen padi
Sumber :

VIVA – Badan Pusat Statistik atau BPS mengumumkan hasil perhitungan baru luas panen dengan menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA). Melalui metode itu, produksi padi ataupun beras pada 2020 bisa diketahui dengan cukup akurat dan diperkirakan naik dari catatan 2019.

5 Ancaman Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024

Baca Juga: BI: Utang Luar Negeri RI Capai US$413,4 Miliar hingga Agustus 2020

KSA ini memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dan digunakan Badan Informasi dan Geospasial, untuk mendeliniasi peta lahan baku sawah yang divalidasi dan ditetapkan oleh Kementerian ATR/BPN untuk mengestimasi luas panen padi.

Panen Padi di Manokwari, Wamentan Dorong Jadi Lumbung Pangan Papua Barat

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, berdasarkan hasil survei KSA, terjadi pergeseran puncak panen padi pada 2020 dibandingkan 2019. Puncak panen padi pada 2020 bergeser menjadi pada April, sedangkan puncak panen pada 2019 terjadi pada Maret.

Realisasi panen padi sepanjang Januari hingga September 2020 sebesar 9,01 juta hektare, atau mengalami penurunan sekitar 275,35 ribu hektare dibandingkan 2019 yang sebesar 9,28 juta hektare. Sementara itu, potensi panen sepanjang Oktober hingga Desember 2020 sebesar 1,78 juta hektare.

BPS Perkirakan Tren Produksi Beras Naik Awal 2024, Harga Bisa Turun

"Dalam keadaan normal biasanya potensi ini tidak jauh beda dengan realisasi. Tapi yang perlu jadi perhatian, kita perlu perhatikan peringatan BMKG, akan terjadi fenomena La Nina sejak Oktober sampai Desember," kata dia saat konferensi pers, Kamis, 15 Oktober 2020.

Dengan demikian, kata dia, total potensi luas panen padi pada 2020 mencapai 10,79 juta hektare, atau mengalami kenaikan sekitar 108,93 ribu hektare dibandingkan 2019 yang sebesar 10,68 juta hektare. Luas panen tertinggi pada 2020 terjadi pada April, sebesar 1,86 juta hektare.

Sementara itu, produksi padi di Indonesia sepanjang Januari hingga September 2020 diperkirakan sekitar 45,45 juta ton gabah kering giling (GKG), atau mengalami penurunan sekitar 1,49 juta ton dibandingkan produksi 2019 yang sebesar 46,94 juta ton GKG. 

Sedangkan potensi produksi sepanjang Oktober hingga Desember 2020 sebesar 9,71 juta ton GKG. Dengan demikian, total potensi produksi padi pada 2020 diperkirakan mencapai 55,16 juta ton GKG, atau naik 556,51 ribu ton dibandingkan 2019 yang sebesar 54,60 juta ton GKG.

"Karena luas panen meningkat, otomatis produksi padi juga mengalami peningkatan. Jadi potensi produksi padi pada 2020 diperkirakan akan sebesar 55,16 juta ton gabah kering giling, berarti peningkatan 1,02 persen," ujar Suhariyanto.

Tiga provinsi dengan total potensi produksi padi GKG tertinggi pada 2020, dia mengatakan, adalah Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Sementara itu, tiga kabupaten atau kota dengan potensi produksi padi terendah adalah Kepulauan Riau, DKI Jakarta, dan Papua Barat.

Dengan berbagai catatan itu, Suhariyanto mengatakan bahwa potensi produksi beras pada 2020 diperkirakan mencapai 31,63 juta ton beras, atau mengalami kenaikan sebesar 314,10 ribu ton dibandingkan dengan produksi beras pada 2019 yang sebesar 31,31 juta ton.

"Diperkirakan akan sebesar 31,63 juta ton, meningkat 1 persen dibandingkan produksi beras tahun lalu. Ini juga terlihat dari pergerakan harga gabah kering panen, GKG dan beras yang pada tahun ini sangat stabil karena persediaan beras cukup," tutur dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya