Terungkap, Ini Kondisi Rahasia Bull Market Terhebat Sepanjang Sejarah

Suasana di lantai Bursa Efek Indonesia (foto ilustrasi)
Sumber :
  • VIVAnews/M Ali Wafa

VIVA – Pandemi COVID-19 ternyata tidak melulu menyebabkan krisis ekonomi dan sosial, namun juga memberikan peluang besar seperti pemicu krisis-krisis sebelumnya. Termasuk bisa memicu terjadinya Secular Bull Market.

IHSG Dibayangi Koreksi Wajar, Intip Rekomendasi Saham Jelang Akhir Pekan

CEO & Founder Lumen Capital Resources Hary Suwanda mengatakan, terjadinya Secular Bull Market ini dipicu oleh kebijakan Bank Sentral di seluruh negara yang saat ini tengah menciptakan likuiditas sangat besar demi menghadapi COVID-19.

"Jadi menjelang berakhirnya pandemi ini merupakan peluang terbaik yang belum pernah terjadi untuk dengan terjadinya Secular Bull Market di Bursa Saham Amerika termasuk Bursa Efek Indonesia," ujar dia, 16 Agustus 2021.

Suku Bunga BI Naik Diproyeksi Topang Penguatan IHSG, Cek Saham-saham Berpotensi Cuan

Baca Juga: Realistis, Jokowi Targetkan Ekonomi RI 2022 Tumbuh 5,5 Persen

Penulis buku “Mengungkap Rahasia Bull Market Terhebat Sepanjang Sejarah” ini menyatakan, Bull Market selalu tercipta menjelang berakhirnya krisis hebat di Amerika Serikat (AS), dan akan terjadi saat ini menjelang akan berakhirnya pandemi.

United Tractors Tebar Dividen hingga Total Rp 8,2 Triliun

Bull Market dijelaskannya merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi dan kondisi perkembangan di pasar saham, di mana nilai atau harga saham mengalami tren naik atau menguat.

Menurutnya, ini bisa dibuktikan juga dari tidak semua bisnis menderita akibat COVID-19. Misalnya, sejak awal 2020, saham Zoom dibuka pada level US$68,80 per lembar saham. Pada 19 Oktober 2020, ZM mencapai titik tertinggi di level US$588,84 per lembar saham.

Di sisi lain, dia menjelaskan, dari 13 bursa saham yang di AS saat ini, juga masih banyak yang memiliki total kapitalisasi pasar besar, misalnya New York Stock Exchange (NYSE) yang mencapai US$25 triliun, atau Rp350 kuadriliun dan Nasdaq US$17,2 triliun atau Rp240,8 kuadriliun.

Sementara itu, untuk Bursa Efek Indonesia (BEI) dikatakannya memiliki total nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp6.694 triliun per 26 November 2020. Namun, dikatakannya jika 1 persen saja market cap dari kedua Bursa Saham di AS tersebut mengalir ke IHSG maka dampaknya akan besar.

"Fakta di atas membuat saya tertarik mempelajari negara tempat kedua bursa saham di atas, yakni Amerika Serikat secara lebih mendalam khususnya bidang ekonomi dan keuangan karena berpengaruh juga kepada ekonomi kita,” tegas dia.

Oleh sebab itu, Hary menyatakan, untuk mengetahui kapan tepatnya terjadi Bull Market terbesar dalam sejarah penting sekali membahas tentang Bursa Saham Amerika, yang faktanya seringkali menjadi dasar analisis guna menjelaskan fenomena yang terjadi di Bursa Efek Indonesia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya