Pengamat Ungkap Alasan Subsidi Besar BBM dan LPG Dilakukan Pemerintah 

Petugas mengisi kendaraan konsumen dengan BBM jenis Pertalite di SPBU Cikini
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Pemerintah memberikan subsidi besar untuk dua jenis bahan bakar minyak (BBM) yaitu Solar dan Pertalite serta LPG kemasan 3 kilogram yang pemanfaatannya untuk konsumen masyarakat bawah.  

Luhut Kaji Subsidi BBM Bioetanol, Disiapkan Jadi Pengganti Pertalite?

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, mengatakan harga jual Solar dan Pertalite yang menjadi BBM Penugasan serta LPG 3 kilogram merupakan domain pemerintah. 

“Untuk Pertalite kemungkinan pertimbangan karena volumenya cukup besar jadi ada kehati-hatian dari Pemerintah untuk menaikkan harganya,” katanya di Jakarta, dikutip Minggu, 10 April 2022. 

Skema Pembelian Motor listrik Termurah di PEVS 2024, DP Cukup Segini

Baca juga: Penerima BLT Minyak Goreng Ditambah Jadi 2,65 Juta Keluarga

Perlu diketahui, subsidi Solar saat ini sebesar Rp7.800 per liter dari harga beli masyarakat sebesar Rp5.150 per liter, Pertalite Rp4.000-Rp4.500 per liter dari harga yang diterima konsumen Rp7.650 per liter. 

Beli BBM di SPBU Pertamina Hari Ini Dapat Promo

Sedangkan untuk LPG 3 kilogram sebesar Rp11.250 per kg atau Rp33.750 per tabung dari harga yang diterima konsumen sebesar Rp20 ribuan per tabung.

Komaidi menegaskan harga jual Solar, Pertalite dan LPG 3kg yang disubsidi  pemerintah masih di bawah harga keekonomian. Harga keekonomian BBM pada tiap-tiap negara bisa berbeda. 

Hal ini, lanjut dia disebabkan perbedaan pada biaya pengolahan, biaya distribusi, biaya penyimpanan, margin usaha, dan pajak BBM pada masing-masing negara.

Harga keekonomian BBM adalah harga jual BBM yang telah mengakomodasi semua variabel pembentuk harga. Adapun variabel pembentuk harga jual BBM adalah biaya bahan baku, biaya pengolahan, biaya distribusi, biaya penyimpanan, margin usaha, dan pajak. 

“Kenapa, misalnya, harga BBM di Malaysia lebih murah dibandingkan Indonesia, karena subsidi yang diberikan pemerintah terhadap warganya juga berbeda,” ujarnya.

Berdasarkan data, harga BBM di Indonesia termasuk sebagai salah satu yang termurah di Regional. Harga BBM Indonesia hanya tercatat lebih tinggi dibandingkan Malaysia karena pemerintah Malaysia memberlakukan kebijakan subsidi untuk BBM yang dijual di dalam negeri mereka. 

“Untuk RON 95, Malaysia  menetapkan Rp6.965 per liter, Indonesia setara Rp16.500.Lebih murah ketimbang Singapura Rp30.208, Thailand Rp19.767 per liter, Filipina Rp20.828 per liter, Vietnam Rp18.647 per liter, dan Kamboja Rp20.521 per liter,” katanya. 

Harga BBM Indonesia menggunakan rujukan Permen ESDM No.20/2021 tentang Perhitungan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak. Harga BBM RON 92 (Jenis BBM Umum) dihitung menggunakan formula biaya perolehan (bahan baku & pengolahan) + biaya distribusi + biaya penyimpanan + margin usaha + PPN + PBBKB. 

“Berdasarkan formulasi tersebut harga keekonomian BBM RON 92 saat ini berada pada kisaran Rp 15.000–Rp 17.000 per liter,” ujarnya.

Bermain HP di SPBU. Foto: Ist.

Photo :
  • Istimewa.

Namun, Pertamina menetapkan harga jual BBM RON 92 atau Pertamax per 1 April 2022 sebesar Rp12.500 setelah hampir tiga tahun lamanya tidak mengalami penyesuaian. Itu pun Pertamina harus nombok Rp 3.500 per liter. 

Kenaikan tersebut dipengaruhi sejumlah faktor, terutama harga minyak mentah dunia dan kurs dolar AS terhadap mata uang rupiah serta daya beli masyarakat. Padahal, beberapa pesaing Pertamina berkali-kali menaikkan harga, termasuk terakhir pada pertengahan pekan ini. 

Hingga akhir pekan ini, Pertamax adalah satu-satunya BBM RON 92 paling murah harganya. Sementara badan usaha lain kembali menaikkan harga BBM RON tersebut. 

Vivo misalnya, menaikkan Revvo 92 (RON) 92 menjadi Rp12.900 dan BP 92 (RON 92) yang dijual di SPBU BP-AKR Rp12.990. Adapun V-Power (RON 92) Shell dijual Rp16.500 per liter. 

Sementara, Direktur Ekuator Swarna Investama, Hans Kwee, mengatakan wajar bahwa harga BBM termasuk juga LPG, saat ini dalam tren naik karena kedua komoditas tersebut mengalami gangguan pasokan akibat geopolitik global.

Terlebih sebagian besar kenaikan akhir-akhir ini karena perang di Ukraina di mana negara anggota NATO mengurangi pembelian gas dan minyak Rusia dan mencari sumber lain. 

“Hal ini mendorong kenaikan harga. Dibandingkan China dan India harga BBM  di kita lebih murah, kendati beberapa negara lain seperti Malaysia jauh lebih murah. Di Malaysia murah karena disubsidi pemerintahnya,” ujarnya.

Untuk itu, Hans mengapresiasi sikap pemerintah dan Pertamina yang tidak menaikkan harga Biosolar, Pertalite, dan LPG 3 kg. Sebab, ketiga komoditas tersebut dikonsumsi masyarakat kelas menegah ke bawah dan dipakai untuk transportasi publik dan barang dan jasa. 

“Bila tiga komponen ini naik, inflasi akan naik tinggi dan daya beli masyarakat kelas menegah ke bawah akan sangat terganggu,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya