Gelombang PHK pada Startup Akibat Jor-joran Bakar Duit?

Ilustrasi startup.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Saat ini tengah marak tren pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan rintisan atau startup. Setelah JD.ID dan LinkAja, terakhir Zenius yang merupakan startup edutech pun telah mem-PHK lebih dari 200 orang karyawannya.

Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Investasi Terus Masuk

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didik J Rachbini mengakui, salah satu penyebab maraknya tren PHK di perusahaan-perusahaan startup itu adalah akibat rapuhnya skema investasi dan promosi 'bakar duit', yang kerap dilakukan oleh banyak perusahaan rintisan tersebut.

"Ya memang, betul. Karena itu adalah salah satu ciri dari perusahaan startup, di mana modalnya itu kencang untuk mendapatkan duit kencang juga," kata Didik saat dihubungi VIVA, Jumat 3 Juni 2022.

Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh, BI Pede Pertumbuhan Sepanjang 2024 di 5,5 Persen

Dengan pola investasi yang ingin serba cepat itu, Didik tak menyangkal adanya risiko yang besar yang harus dihadapi baik oleh investor maupun oleh perusahaan-perusahaan startup tersebut.

Dengan pola masuknya investasi dengan cepat dan harapan agar perusahaan startup itu juga bisa tumbuh dengan cepat, kemudian masuk ke pasar modal dengan cepat agar valuasinya bisa segera naik ratusan persen. Maka akhirnya banyak dari mereka yang terbentur dengan risiko-risiko besar yang harus dihadapinya.

Sunra Bangun Pabrik Motor Listrik Senilai US$120 Juta, Kemenperin: Iklim Investasi RI Makin Kondusif

Startup.

Photo :
  • Business 2 Community

"Nah, itu risikonya juga kencang, di mana dia masuk (berinvestasi) dengan harapan bisa tumbuh tinggi dengan cepat, bisa masuk pasar modal dengan cepat, dan bisa tumbuh ratusan persen atau bahkan ribuan persen secara cepat, akhirnya terbentur," kata Didik.

Dia menilai, cara pandang investasi di perusahaan-perusahaan startup itu tentunya memang sangat jauh berbeda dengan investasi di perusahaan-perusahaan konvensional, yang kerap dilakukan secara cermat, hati-hati, dan lebih penuh pertimbangan bisnis.

"Memang itulah ciri dari investor di startup, yang lebih spekulatif dibandingkan dengan investor di perusahaan-perusahaan umum atau konvensional," ujarnya.

Sebagai informasi, data dari Tech Crunch pada Selasa 31 Mei 2022 lalu menunjukkan bahwa secara global, terdapat sekitar 15 ribu orang terkena badai lay off atau PHK di bulan Mei 2022 lalu. Sejumlah perusahaan itu antara lain yakni Vtex, Paypal, Getir, Gorillas, Latch, Snap, Klarna, Bolt, Instacart, serta beberapa startup lokal Indonesia seperti JD.ID, LinkAja, dan Zenius.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya