IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi RI, Sri Mulyani: Waspada

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat mengikuti session 7 international taxation di FMCBG Meeting G20 hari kedua di Nusa Dua, Bali, Sabtu, 16 Juli 2022.
Sumber :
  • Kemenkeu

VIVA Bisnis – Dana Moneter Internasional (IMF) kembali melakukan revisi pada pertumbuhan ekonomi global di 2022 dan 2023 sebesar 0,4 point presentase dan 0,7 poin presentase menjadi 3,2 persen dan 2,9 persen.

OJK dan MUI Sepakat Perkuat Sektor Jasa Keuangan Syariah hingga Perlindungan Konsumen

Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dipangkas IMF sebesar 0,1 poin presentase menjadi 5,3 persen di 2022. Dan 0,8 poin presentase menjadi 5,2 persen pada 2023.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam hal itu mengatakan, Indonesia akan terus waspada akan hal tersebut. Sebab, guncangan yang saat ini terjadi bukan lah hal yang sepele.

Hipmi Sebut Capaian Ekonomi Kuartal I Jadi Modal Baik Hadapi Tantangan Global

Pertumbuhan ekonomi global

Photo :

"Indonesia hanya koreksi sedikit 0,1 persen dan tahun depan masih 5,2 persen. Meski masih baik tetapi tidak boleh terlena Indonesia harus tetap waspada," tegas Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Rabu 27 Juli 2022.

Ekonomi RI Kuartal I Tumbuh 5,11 Persen, Aprindo: Cukup Kondusif bagi Peritel 

Sri Mulyani mengatakan, salah satu hal yang menyebabkan IMF memangkas pertumbuhan ekonomi global yaitu, adanya guncangan inflasi di negara maju yang masih di atas 6,6 persen.

"Di negara berkembang inflasinya diperkirakan capai 9,5 persen atau lonjakan 0,8 persen dari proyeksi sebelumnya. Jadi inflasi makin tinggi dan pertumbuhan ekonomi melemah, ini kombinasi yang sangat tidak baik bagi lingkungan ekonomi global," jelasnya.

Menurutnya, IMF juga sudah memberikan peringatan akan kembali melakukan revisi ke bawah jika pada semester II ini terjadi pemburukan. Utamanya di sisi inflasi dan respons kebijakan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat konferensi pers hasil 3rd FMCBG G20 Indonesia 2022.

Photo :
  • VIVA/Fikri Halim

Sri Mulyani menjelaskan, China yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia jua dilakukan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini menjadi 3,3 persen dari sebelumnya di atas 4,4 persen atau turun 1,1 poin.

"Tahun depan hanya 4,6 persen atau revisi ke bawah 0,5 persen penurunan yang cukup signifikan. RRT selalu mengharapkan pertumbuhannya di atas 5 persen. Jadi pertumbuhan yang cukup lambat untuk tahun ini dan tahun depan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya