Indef: Ekonomi RI Q2 Tumbuh 5,44% saat Belanja Pemerintah Negatif

Direktur Eksekutif Institute for Develompent of Economic and Finance (Indef), Tauhid Ahmad.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya/Tangkapan layar

VIVA Bisnis – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2022 mencapai 5,44 persen secara tahunan (yoy). Sedangkan secara kuartalan tumbuh 3,72 persen, dibandingkan kuartal sebelumnya (qtq).

Ekonomi Global Diguncang Konflik Geopolitik, RI Resesi Ditegaskan Jauh dari Resesi

Direktur Eksekutif Institute for Develompent of Economic and Finance (Indef), Tauhid Ahmad mengatakan, semua pihak harus mengapresiasi apa yang terjadi di perekonomian nasional pada kuartal II-2022.

"Kita harus mengapresiasi apa yang terjadi di ekonomi kita, bahwa ekonomi kita dalam tahap 'recovery'," kata Ahmad dalam telekonferensi, Minggu 7 Agustus 2022.

Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG

Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi).

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Namun, dia menekankan, dari apa yang disampaikan oleh BPS, ada catatan penting yang harus menjadi perhatian yakni bahwa konsumsi masyarakat memang mulai pulih.

Sri Mulyani Prediksi Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh 5,17 Persen

"Namun memang tampaknya problem utamanya bukan dikonsumsi. Hari ini kita mendapatkan suatu hal yang cukup tragis, bahwa belanja pemerintah justru mengalami negatif," ujarnya.

Ahmad mengatakan, hal ini menjadi penting karena ketika belanja pemerintah negatif, penyebabnya yakni pada aspek belanja modal dan belanja barang yang mengalami kontraksi yang cukup dalam. 

"Dan ini menyebabkan peran (belanja) pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi menjadi negatif," kata Ahmad.

Untuk belanja barang saja kontraksinya mencapai 20,75 persen, sementara belanja modal 19,4 persen. Artinya, lanjut Ahmad, pemerintah tidak cukup cermat mengamati dan kurang serius mendorong peran dari anggaran negara dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Ini sangat menyedihkan dan seolah-olah ekonomi kita ini, katakanlah, bisa bekerja sendiri tanpa peran pemerintah yang cukup signifikan," kata Ahmad.

Meskipun, Ahmad mengakui bahwa setidaknya pemerintah berperan melonggarkan kebijakan di bidang kesehatan. Yakni dengan melonggarkan mobilitas masyarakat, untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang memicu kegiatan ekonomi seperti misalnya mudik, penyelenggaraan lebaran, dan sebagainya.

"Karena kalau kita lihat, baik dari sisi sektor transportasi dan pergudangan, tumbuhnya cukup tinggi," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya