Mulai Turun, Harga Telur Ayam Bakal Naik Lagi karena Harga BBM?

Kondisi ternak ayam petelur di Sumenep, Madura.
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA Bisnis – Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Syailendra menyatakan, harga telur ayam ras di tingkat eceran secara nasional turun hingga 2,2 persen. Meski alami penurunan, dikhawatirkan akan kembali naik akibat naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).

Neraca Perdagangan RI Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Mendag: Bagian dari Keberhasilan Kemendag

Untuk penurunan itu, terjadi per 7 September 2022. Dengan penurunan harga terbesar terjadi di Jawa dan Sumatra, sebagai sentra produksi telur ayam ras.

“Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Bank Indonesia, tercatat per 7 September 2022 harga telur ayam ras di tingkat eceran sebesar Rp 30.800 per kg, turun 2,2 persen. Dibandingkan seminggu sebelumnya yang sebesar Rp 31.500 per kg," kata Syailendra dalam keterangannya, Kamis 8 September 2022.

Usai Sepi Peminat, Pemerintah Kasih Gratis Konversi Motor Listrik

Demo Buruh Tolak Kenaikan Harga BBM

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Syailendra mengungkapkan, rata-rata harga telur ayam ras di tingkat eceran di wilayah Jawa tercatat sebesar Rp 28.150/kg, atau turun 5,7 persen dibandingkan seminggu sebelumnya. Di wilayah Sumatra harga telur sebesar Rp 28.890 per kg atau turun 1,1 persen.

Kementerian ESDM Ajak Masyarakat Konversi Motor BBM ke Listrik Gratis, Begini Caranya

Harga di Luar Jawa dan Sumatera Masih Tinggi
Dia menyebutkan, meski telah mengalami tren penurunan, harga di luar Jawa dan Sumatera masih berada di atas kisaran harga Rp 30.000 per kg. Untuk rata-rata harga di wilayah Bali dan Nusa Tenggara sebesar Rp 31.100 per kg atau turun 2,3 persen.

Kemudian, Kalimantan sebesar Rp 31.860 per kg, Sulawesi Rp 30.950 per kg atau turun 2,7 persen. Serta Maluku dan Papua sebesar Rp 37.800 per kg atau turun 0,6 persen, dibandingkan seminggu sebelumnya.

Syailendra menjelaskan, produksi telur ayam ras terkonsentrasi di Jawa dan Sumatra dengan total produksi mencapai 78 persen dari produksi nasional, dengan rincian Jawa sebesar 56 persen dan
Sumatra sebesar 22 persen.

Sedangkan pada wilayah di luar Jawa dan Sumatra cenderung mengalami defisit pasokan. Khususnya di wilayah Maluku dan Papua, yang biasanya disuplai dari wilayah Jawa.

“Selain karena defisit pasokan di luar Jawa dan Sumatra, faktor biaya distribusi dan risiko kerusakan telur, seperti telur busuk dan pecah, saat pengiriman juga menjadi salah satu penyebab terjadinya disparitas harga,” ujarnya.

Dampak Kenaikan Harga BBM
Lebih lanjut dikatakannya, pergerakan harga di tingkat eceran selalu lebih lambat apabila dibandingkan dengan harga di tingkat peternak. Hal itu karena pedagang akan menghabiskan stok sebelumnya terlebih dahulu.

“Oleh sebab itu, berdasarkan informasi yang kami sampaikan, target Menteri Perdagangan untuk menurunkan harga telur ayam ras dalam waktu dua minggu dan menuju harga normal sudah mulai terealisasi di wilayah sentra produksi Jawa dan Sumatra," kata dia.

Namun, kenaikan harga BBM bisa saja memicu kenaikan harga. "Namun, untuk selanjutnya perlu menjadi perhatian kita bersama terkait dampak kebijakan kenaikan harga BBM terhadap harga keekonomian telur ayam ras. Baik di tingkat peternak maupun di konsumen yang akan sedikit terkoreksi,” tambahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya