Kemenkeu Bandingkan Surplus Dagang 2022 dengan Periode Boom Komoditas 2011, Ekonomi RI Masih Aman?

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Kacaribu.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia

VIVA Bisnis – Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, surplusnya neraca perdagangan RI di September 2022 sebesar US$4,99 miliar. Menjadi salah satu penyebab surplus neraca perdagangan tertinggi mengalahkan periode boom komoditas di tahun 2011.

RI Dibayangi Meningkatnya Persaingan Global, Luhut: Tak Ada yang Bisa Mendikte Kita

Febrio mengatakan, surplusnya neraca perdagangan RI di September 2022 karena menguatnya komponen ekspor dan impor. Sehingga secara kumulatif surplus neraca perdagangan sejak Januari hingga September 2022 mencapai US$39,87 miliar.

"Jauh lebih tinggi dibandingkan surplus neraca perdagangan pada puncak periode boom komoditas di tahun 2011 yang sebesar US$22,2 miliar," kata Febrio dalam keterangan, Selasa 18 Oktober 2022.

Aset Kripto Jadi Salah Satu Strategi Pengembangan Ekonomi Digital RI, Ini Penjelasannya

Febrio menuturkan, pada kinerja ekspor Indonesia mencapai US$24,80 miliar atau tumbuh 20,28 persen secara year on year (yoy). Peningkatan ekspor Indonesia didorong oleh ekspor migas dan non-migas yang masih tumbuh tinggi masing-masing 41,8 persen (yoy) dan 19,26 persen (yoy).

Meskipun secara bulanan (month-to-month) sedikit melambat di antaranya karena penurunan harga dan volume komoditas unggulan, total ekspor tetap meningkat secara kumulatif. Hal ini dapat dilihat dari ekspor Januari-September 2022 yang mencapai US$219,35 miliar atau meningkat sebesar US$55 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Sri Mulyani: Ekonomi Global Diperkirakan Stagnan

Ponton besar bermuatan ribuan ton batu bara. (Ilustrasi)

Photo :
  • ANTARA/MTohamaksun.

“Peningkatan kumulatif ekspor menunjukkan masih kuatnya permintaan global seiring dengan pengendalian pandemi yang semakin baik. Penguatan permintaan ekspor terutama berasal dari beberapa negara mitra dagang utama Indonesia, seperti India, Jepang dan Korea Selatan,” ujarnya.

Sementara itu, untuk impor Indonesia masih mencatatkan kinerja positif mencapai US$19,81 miliar dengan pertumbuhan 22,01 persen (yoy). Meskipun relatif melambat dibandingkan bulan sebelumnya.

"Tumbuhnya impor antara lain didorong didukung oleh kinerja sektor manufaktur yang tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia pada bulan September 2022 yang terus melanjutkan ekspansi,' jelasnya.

Peningkatan impor didorong oleh impor migas yang naik sebesar 83,53 persen (yoy) dan impor non-migas yang tumbuh 14,02 persen (yoy). Di mana sejak Januari hingga September 2022, total impor Indonesia mencapai US$179,49 miliar, dari sisi penggunaan, impor bahan baku dan barang modal tumbuh tinggi masing-masing 23,21 persen (yoy) dan 41,13 persen (yoy).

“Pertumbuhan kedua barang tersebut mencerminkan aktivitas ekonomi dari sisi produksi masih berjalan dengan baik,“ ujarnya.

Dia mengatakan terkait dengan impor barang konsumsi, meskipun menurun secara tahunan sebesar 11,17 persen. Hal itu karena kenaikan harga, secara kumulatif dari Januari hingga September, impor barang konsumsi masih mengalami pertumbuhan sebesar 3,52 persen.

“Penguatan aktivitas konsumsi masyarakat akan terus dijaga melalui instrumen APBN dengan menjaga daya beli masyarakat melalui kebijakan stabilisasi harga, perlindungan sosial, dan lainnya,” imbuhnya.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu.

Photo :
  • Tangkapan layar M Yudha P.

Dengan demikian tegasnya, pemerintah bersama otoritas terkait akan mengantisipasi berbagai risiko global yang akan memengaruhi neraca perdagangan dan perekonomian secara umum. Di antaranya melambatnya aktivitas perdagangan internasional negara maju yang di antaranya terpengaruh inflasi sebagaimana tercermin dalam WEO Oktober 2022, serta mitra dagang utama seperti Tiongkok.

"Indonesia akan terus melakukan diversifikasi produk maupun negara mitra dagang yang sekarang sudah mulai memperlihatkan hasil. Ekspansi ekspor selain ke negara tujuan ekspor utama, misalnya Filipina, dan Malaysia sudah menunjukkan peningkatan signifikan sepanjang tahun berjalan,” tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya