Marak PHK di Industri Padat Karya, Pengusaha: Dampak Kondisi Geopolitik China dan Taiwan

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang.
Sumber :
  • Antara

VIVA Bisnis – Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi di industri padat karya merupakan dampak kondisi geopolitik global. Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah, Sarman Simanjorang.

BYD Minta Maaf Konsumen di Indonesia Belum Terima Unit, Ini Biang Keroknya

Ia menjelaskan, kondisi geopolitik yang dimaksud ketegangan yang terjadi antara China dan Taiwan serta negara-negara Eropa yang tengah menghadapi krisis akibat perang Rusia-Ukraina. Menurutnya, sektor padat karya kita itu ternyata sangat tergantung 100 persen dari buyer dari luar negeri.

“Karena tidak ada buyer ya selesai, tidak ada mereka, tidak jalan," katanya di Bali, Selasa, 15 November 2022.

Mengecas Mobil Listrik Nantinya Cuma Butuh Waktu 10 Menit

China dan Taiwan Mitra Dagang Utama Indonesia

Ilustrasi industri tekstil

Photo :
  • ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Aturan Impor Produk Elektronik Buka Peluang Industri Lokal Jadi Raja di Negeri Sendiri

Menurut Sarman, baik China dan Taiwan merupakan mitra dagang utama Indonesia. Jika keduanya bersitegang, hal itu tentu akan mengganggu ekspor dan impor Indonesia. Hal serupa berlaku pula dengan negara-negara Eropa.

"Kenapa pertumbuhan ekonomi kita bagus tapi faktanya banyak PHK, karena sektor padat karya kita tidak dapat order dari negara-negara Eropa, karena mereka masih krisis," katanya.

Sarman pun berharap ketegangan geopolitik di antara negara-negara dunia bisa mengendur dan tidak terus berlanjut.

"Kita doakan bersama mudah-mudahan tidak berlanjut (ketegangan China-Taiwan), perang Rusia-Ukraina juga tidak berlanjut. Dan 2023 juga mudah-mudahan stabilitas politik kita tidak gaduh sehingga tidak mengurangi niat investor masuk ke Indonesia," kata Sarman.

Sebelumnya Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan kondisi ekonomi global sedang tidak baik-baik saja, terlebih setelah datangnya pandemi COVID-19 hingga pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina.

Indonesia sendiri, menurutnya, sudah mendapat pukulan awal sejak adanya perang dagang antara China dan Amerika Serikat.

"Kondisi geopolitik yang tidak menentu memperparah kondisi ekonomi global. Yang harus kita khawatir sekarang adalah ketegangan geopolitik antara China dan Taiwan," katanya.

Bahlil juga menyebut kondisi yang ada di global menimbulkan ketidakpastian dan kecemasan yang akhirnya membuat banyak ramalan soal gelapnya ekonomi. (Antara)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya