Ekonomi Dunia Gelap di 2023, Kadin: RI Harus Perkuat Domestik

Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Bisnis – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan, Indonesia harus memperkuat ekonomi domestik. Sebab ekonomi dunia diperkirakan akan gelap pada tahun 2023. 

Sri Mulyani Pede Inflasi Melandai di Kuartal-II 2024 Seiring Turunnya Harga Beras

Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan, pemerintah tidak pernah pesimis dalam menghadapi tantangan ke depannya. Tetapi pemerintah hanya mengingatkan untuk terus waspada menghadapi resesi pada 2023.

"Kita harus bersyukur indonesia itu sudah bisa memprosesnya mulai dari pandemi karena enggak ada negara yang bisa kayak kita. Liat aja China, nah jadi ini yang menjadi awal pondasi, kita bisa menjaga menerapkan inflasi kita. Jadi kita mengatakan di luar gelap kita harus memperkuat ekonomi domestik kita," kata Arsjad di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat 2 Desember 2022.

Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG

Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid.

Photo :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

Menurutnya, industri kecil hingga menengah harus diperkuat agar perekonomian nasional terus berjalan. "Market-nya harus kita jaga jangan sampai dijajah misalnya dengan impor-impor gelap," ujarnya. 

Melemah di Level Rp 16.220 per Dolar AS, Rupiah Diproyeksi Menguat

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan terdapat lima hal yang akan diwaspadai oleh pemerintah. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang menurun akibat risiko resesi di berbagai negara khususnya Amerika Serikat dan Eropa yang diperkirakan akan terjadi pada 2023.

"Kita perlu mewaspadai lima permasalahan ini dari prospek ekonomi global. Pertama pertumbuhan menurun slow growth, risiko resesi di Amerika Serikat dan Eropa meningkat," kata Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu 30 November 2022.

Kedua, kata Perry, inflasi yang tinggi diakibatkan oleh kenaikan harga energi dan pangan global. Di mana diketahui, hal itu terjadi akibat perang di Ukraina yang menyebabkan terhambatnya pasokan energi hingga pangan ke seluruh dunia.

Ketiga, kenaikan suku bunga tinggi Bank Sentral Amerika Serikat the Fed. Tercatat, the Fed sudah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak enam kali pada 2022, hal itu dilakukan the Fed sebagai respons untuk menurunkan inflasi yang tinggi di negara itu.

"Suku bunga tinggi Fed Fund Rate bisa mencapai 5 persen dan tetap tinggi selama tahun 2023," ujarnya.

Keempat, menguatnya dolar AS terhadap mata uang negara lainnya dalam hal ini termasuk ke negara berkembang. Sebab dengan menguatnya dolar AS akan menekan mata uang rupiah, hingga saat ini rupiah sudah mencapai Rp 15.000.

"Kelima penarikan dana investor global dan mengalihkan ke aset likuiditas karena risiko tinggi," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya