Peran Kopi Dalam Sejarah Minangkabau

Ilustrasi Biji Kopi di Minangkabau, Sumatera Barat.
Sumber :
  • VIVA/Andri Mardiansyah

VIVA Bisnis – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatra Barat, Supardi menyebutkan jika kopi juga punya andil besar dalam perjalanan sejarah Minangkabau. Dari biji kopi perekonomian penduduk di tanah Minang membaik. 

Kabar Gembira Ini untuk Penggemar BTS dan Kopi

Para Alim Ulama kata Supardi, berkali naik haji karena perkebunan kopi hampir tumbuh di setiap sudut Sumatera Barat. Bersama emas dan akasia, kopi tumbuh menjadi tiga serangkai yang memakmurkan sumatera. 

"Ini yang mengubah sejarah. Kopi dari Minang tidak kalah hebat. Ada peserta yang masih memakai kopi saat ditanam zaman Belanda. Ia hanya mengubah sedikit rasa dan menang. Saya menyaksikannya di Jakarta,” kata Supardi, Senin 12 Desember 2022.

Sosok 'Jenderal Pembangkang' pada Masa Rezim Soeharto, Kini Raih Pangkat Bintang 5

Baca juga: Harga Emas Hari Ini 12 Desember 2022: Global dan Antam Sama-sama Tergelincir

Supardi melanjutkan, mengingat peran kopi dalam perjalanan sejarah di Minangkabau cukup besar, ditambah lagi saat ini tren penikmat kopi cukup tinggi, festival keberagaman kopi pun dihelat selama empat hari. Sudah dimulai sejak 10 Desember 2022 kemarin di Agamjua Art and Culture Kafe kota Payakumbuh. 

Kemungkinan yang Bakal Terjadi Kalau Indonesia tak Dijajah

"Festival keberagaman kopi yang ditata Dinas Perindag Sumatera Barat ini, akan diisi dengan lomba ujicoba cita rasa, pameran kopi, kuliner dan kerajinan serta talkshow," ujar Supardi. 

Untuk lomba ujicoba kata Supardi, Disperindag menyediakan ratusan booth untuk peserta. Tercatat, ada seratus lebih barista muda mengikuti lomba ini. Hadiah besar juga disediakan. Selain puluhan juta untuk pemenang pertama hingga ketiga, juga disediakan mesin kopi bagi masing-masing juara.

"Kegiatan ini sebelumnya pada pekan pertama Desember 2022, diisi dengan workshop Barista selama empat hari. Sebanyak 44 barista, mendalami ilmu kopi dari beberapa instruktur," tutup Supardi. 

Diketahui, keberadaan dari maraknya kopi di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh Belanda ketika masa penjajahan dahulu. Secara singkatnya, banyak orang menyangka kopi adalah komoditas asli Indonesia, padahal kopi bukan tanaman asli Indonesia. 

Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696 kala itu Belanda membawa kopi dari Malabar, India ke Jawa. Mereka membudidayakan tanaman ini ke dawung sebuah perkebunan yang terletak di sekitaran Batavia.

Bandara Internasional Minangkabau, Sumbar

Photo :
  • Dokumentasi Angkasa Pura II

Sebelum Belanda membawa kopi ke Indonesia, masyarakat Indonesia sejak lama telah mengenal tradisi meminum kopi. Menurut Andreas Maryoto, seorang pemerhati sejarah kuliner dan penulis buku jejak pangan, mengatakan pada awalnya kopi telah lama dikonsumsi oleh orang Sumatera. 

Diperkirakan orang Minangkabau telah dahulu membawa biji kopi ke Indonesia, sepulang mereka menunaikan ibadah haji. Dari sanalah biji kopi mulai ditanam dan mulai tersebar ke berbagai wilayah Sumatra, khususnya Aceh. 

Bagi orang Aceh, kopi menjadi suatu hal yang wajib untuk disuguhkan pada saat melakukan tradisi adat, seperti saat pelantunan bacaan hikayat. Dalam pelaksanaan tradisi tersebut mereka akan saling berkumpul satu sama lain pada tempat yang telah disediakan.

Ilustrasi Petani memanen kopi jenis arabika

Photo :
  • ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Dengan demikian, pada saat berlangsungnya sebuah tradisi atau tengah mengikuti tradisi lokal, keberadaan dari minuman kopi selalu hadir di hadapan mereka. 

Hal ini secara tidak langsung telah menandakan keberadaan dari kopi menjadi syarat dalam sebuah pelaksanaan tradisi budaya. Pada saat sebuah tradisi ini dilakukan mereka berkumpul dan minuman kopi menjadi salah satu suguhan yang bisa dikatakan itu adalah menu wajib. 

Jadi tidak heran bahwa keberadaan dari kopi ini yang membuat berkumpul orang dari berbagai kalangan dan golongan menjadi satu kesatuan dalam seduhan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya