SKK Migas Setujui OPL Sumatra Light Oil Tahap-4 Blok Rokan, Investasi Hulu Migas Bertambah Rp 12,5 T

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto.
Sumber :
  • Dok. SKK Migas

Jakarta – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memberikan persetujuan Optimasi Pengembangan Lapangan (OPL) Sumatra Light Oil Tahap-4 Wilayah Kerja (WK) Rokan yang dikelola oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Pertamina Hulu Rokan (PHR). Dengan disetujuinya OPL tersebut, diperkirakan akan diperoleh tambahan cadangan migas sebesar 26 juta barel minyak dengan puncak produksi sekitar 10 ribu barrel oil per day (bopd) di Blok Rokan.

Smelter Freeport di Gresik Mulai Produksi Agustus 2024 dengan Kapasitas 50 Persen

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan, pihaknya terus berkomitmen untuk mendukung pengembangan WK Rokan atau Blok Rokan. 

“Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa WK Rokan masih menjadi tulang punggung produksi minyak nasional dengan rata-rata produksi sebesar 160 ribu bopd(barel minyak per hari). Kami berharap, dengan disetujuinya OPL Tahap ke 4 maka PHR dapat mencapai target produksinya,” kata Dwi dalam keterangan resmi, Sabtu, 17 Juni 2023.

Rukun Raharja Cetak Laba Bersih US$8 Juta di Kuartal I-2024

Pengeboran 245 Sumur dan Pemutakhiran Produksi

Sumur minyak di Blok Rokan.

Photo :
  • Dok. Pertamina
Jajaki Potensi Blok Migas Internasional, Pertamina Gandeng ENI

Ruang lingkup dari OPL Tahap-4 yang disetujui SKK Migas meliputi pengeboran 245 sumur dan pemutakhiran produksi untuk mengelola tambahan minyak tersebut. 

Dwi menambahkan, total investasi yang akan digelontorkan dalam OPL Tahap-4 adalah sekitar  Rp 12,5 Triliun Rupiah dengan perkiraan pendapatan negara sebesar sekitar Rp 10,5 triliun yang dihasilkan dari 26 Juta barel minyak yang akan diproduksikan.

“Tentunya kami berterima kasih kepada Pertamina melalui PHR yang telah merealisasikan komitmen mereka untuk tetap berinvestasi di WK Rokan. Selain berupaya untuk dapat memenuhi target produksi nasional, investasi ini diharapkan juga mampu memberikan multiplier effect kepada masyarakat di Provinsi Riau,” lanjut mantan Direktur Utama Pertamina itu.

Multiplier effect yang diharapkan adalah terciptanya bisnis penyedia barang dan jasa bagi para pengusaha lokal, terbukanya kesempatan untuk lapangan usaha, penyerapan tenaga kerja lokal, dan adanya program tanggung jawab sosial dari KKKS.

“Industri hulu migas tidak hanya memberikan dampak positif yang bersifat teknis, tetapi juga non-teknis utamanya bagi masyarakat di sekitar wilayah operasi,” tutur Dwi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya