Bantah Tudingan Faisal Basri Soal Hilirisasi Nikel, Anak Buah Luhut Bela Jokowi

Ilustrasi smelter nikel.
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta – Ekonom senior, Faisal Basri, mengkritisi narasi yang kerap diutarakan oleh Presiden Joko Widodo, terkait keuntungan hilirisasi nikel bagi Indonesia, sebagai pernyataan yang tidak benar dan menyesatkan.

Potensi Besar Ekspor Seafood RI, Aruna Pede Bidik Pasar Global

Menanggapi hal tersebut, Deputi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto, mengakui bahwa masih banyak kekurangan dari program hilirisasi yang sedang gencar dilakukan oleh pemerintah saat ini.

"Kritik dan masukan tetap kami butuhkan. Tentunya dengan dasar dan analisis yang jelas, dan tidak asal tuduh. Apalagi sampai menyebutkan data yang Presiden Jokowi sampaikan itu menyesatkan," kata Seto dalam keterangannya, Minggu, 13 Agustus 2023.

Ekonomi Global Diguncang Konflik Geopolitik, RI Resesi Ditegaskan Jauh dari Resesi

Dalam sanggahannya, Seto menjelaskan terkait klaim Faisal Basri bahwa angka ekspor hilirisasi nikel tahun 2022 sebesar Rp 510 triliun, sebagaimana yang disampaikan Presiden Jokowi adalah data yang salah. Karena menurut hitunganya, angkanya yakni Rp 413.9 triliun.

"Kesalahan utama Faisal Basri disini adalah tidak update terhadap perkembangan hilirisasi di Indonesia, sehingga dia hanya memasukkan angka ekspor besi dan baja senilai US$ 27,8 miliar atau Rp 413.9 triliun," ujarnya.

Ada 4,14 Juta Temuan di Google jika Klik Kata Ini

Padahal, hilirisasi nikel Indonesia juga memproduksi bahan lithium baterai seperti nickel matte dan Mixed Hydrate Precipitate (MHP), yang tergabung dalam HS Code 75. Tahun 2022, nilai ekspor nickel matte dan MHP adalah US$ 3,8 miliar dan US$ 2,1 miliar.

Selain itu, masih ada beberapa turunan nikel di HS Code 73. Jika angka ekspor semuanya di total, maka angkanya adalah US$ 34.3 miliar atau Rp 510,1 triliun, sebagaimana yang Presiden Jokowi pernah sampaikan.

Kemudian soal klaim Faisal Basri, bahwa negara menerima pendapatan yang kecil akibat pelarangan ekspor bijih nikel karena para smelter tersebut mendapatkan tax holiday 20 tahun. Menurutnya, Faisal Basri tidak memahami ketentuan tax holiday di Indonesia, sehingga mencapai kesimpulan yang salah.

Tax holiday 20 tahun diberikan dengan investasi sebesar 30 triliun atau lebih. Jika kurang dari itu, maka akan menyesuaikan periodenya yakni antara 5-15 tahun. Insentif tax holiday ini, hanya untuk PPh Badan, pajak-pajak lainnya tetap harus dibayar. 

 Berdasarkan data pemberian tax holiday tahun 2018-2020, rata-rata perusahaan smelter yang memperoleh tax holiday 7-10 tahun. Hanya ada 2 yang memperoleh 20 tahun, dimana saat ini hanya 1 yang beroperasi. Masih ada banyak juga smelter yang tidak memperoleh tax holiday karena tidak memenuhi persyaratan selain nilai investasi. Setelah periode tax holiday habis, maka mereka harus membayar pajak sesuai ketentuan.

Kemudian untuk smelter-smelter yang dibangun periode 2014-2016 dan memperoleh tax holiday selama 7 tahun, saat ini sudah memulai membayar PPh Badan. Dengan mencocokkan data KBLI perusahaan-perusahaan yang memperoleh tax holiday (KBLI 24202), dan penerimaan perpajakan dari KBLI tersebut, dapat terlihat tren peningkatan yang signifikan dari pendapatan perpajakan tahun 2016-2022.

Penerimaan perpajakan tahun 2022 dari sektor hilirisasi nikel adalah Rp 17,96 triliun, atau naik dibandingkan tahun 2016 sebesar Rp 1,66 triliun. Untuk pendapatan PPh Badan tahun 2022 adalah Rp 7,36 triliun, dibandingkan tahun 2016 sebesar Rp 0,34 triliun.

Jika kebijakan ekspor bijih nikel tetap dilakukan dengan menggunakan data tahun 2019, pendapatan pajak ekspor hanyalah sebesar US$ 0,11 miliar (Rp 1,55 trilyun), atau 10 persen dari nilai ekspor bijih nikel sebesar US$ 1.1 miliar. Angka tersebut tetap lebih kecil jika dibandingkan dengan pendapatan pajak dari sektor hilirisasi nikel sebesar Rp 3,99 trilyun di tahun 2019.

"Jadi, analisis yang disampaikan Faisal Basri dalam menyanggah statement Presiden Jokowi terkait dengan perpajakan ini juga salah. Dari data di atas, telah terjadi peningkatan pajak yang cukup signifikan dari sektor hilirisasi ini," kata Seto.

"Perlu dicatat pula bahwa penerimaan perpajakan dari sektor hilirisasi nikel ini, belum memasukkan pendapatan pajak dari sektor lain yang ikut tumbuh akibat hilirisasi nikel ini. Misalnya seperti pelabuhan, steel rolling, jasa konstruksi, industri makanan dan minuman, dan akomodasi," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya