Inovasi Salt Centre PHE WMO Percepat Produksi Garam

Inovasi Salt Centre Binaan PHE WMO Untuk Produktivitas Garam
Sumber :
  • PHE WMO

Bangkalan – PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), membuat inovasi dalam produksi garam. Dengan memanfaatkan teknologi baru, mereka bisa memproduksi garam jauh lebih banyak dan cepat dibandingkan produksi dengan cara konvensional.

Kiamat Diprediksi Ilmuwan Bakal terjadi Tahun 2026, Ini Penjelasannya

PHE WMO mengembangkan program Salt Centre Terintegrasi, di Desa Banyusangka, Kabupaten Bangkalan, Madura Jawa Timur. Pengembangan yang mulai dilakukan sejak 2018 itu, membuat produksi garam jauh lebih cepat dibanding dengan cara konvensional. Selain itu, produksinya juga jauh lebih banyak.

Inovasi Salt Centre PHE WMO Untuk Produktivitas Garam di Bangkalan Madura

Photo :
  • PHE WMO
Menggenggam Kilau Emas, Kisah Inspiratif Yoki Hardian Tenggara

“PHE WMO mendukung upaya pemerintah mendukung produksi garam nasional dengan memberdayakan petani garam di Desa Banyusangka, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan melalui inovasi dan pengembangan teknologi sehingga usaha garam rakyat semakin efisien, berkualitas dan menjadi komoditi strategis yang dapat meningkatkan kesejahteraan petambak garam khususnya dan masyarakat pesisir pada umumnya,” jelas GM Zona 11 Muzwir Wiratama.

Inovasi Sosial Salt Centre Terintergrasi PHE WMO

Photo :
  • Agus Rahmat
Viral Wanita Ini Ngaku Ditipu Elon Musk, Uang Rp800 Miliar Melayang

Produksi garam dengan Program Salt Centre ini, memperingkas waktu. Bila bisanya dilakukan secara konvensional adalah sekitar 28 hari tapi dengan teknologi ini diperingkas menjadi 14 hari.

Metodenya, air laut ditampung dalam kolam pertama dan didiamkan sekitar 3 hari. Setelah itu, air tersebut kemudian dialirkan ke kolam lainnya melalui alat filter. Air tersebut didiamkan lagi, sampai mencapai kadar NaCl garam tertentu minimal 22. 

Adapun teknologi yang diterapkan adalah dengan membuat roughing filter, rumah garam portable dan juga alat cuci garam. Penerapan teknologi tepat guna tersebut telah berhasil meningkatkan kualitas garam rakyat di Desa Banyusangka. Salah satu indikatornya adalah peningatan kadar NaCl garam di sana dari yang sebelum ada program hanya sekitar 56,12 % menjadi 94,07 % dan telah memenuhi standart garam konsumsi.

Air tua, atau air laut yang sudah ditempatkan di kolam dengan kadar garam 22 dalam kurun waktu tertentu, kemudian dilakukan kristalisasi. Yakni dengan menggunakan Siram Berbakat, yang merupakan inovasi teknologi kristalisasi garam berbahan bakar briket atau sampah yang tidak digunakan oleh masyarakat. Dari kristalisasi itu, dalam waktu 4-5 jam bisa menghasilkan 50 kg garam. 

“Program ini tidak hanya meningkatkan kapasitas petani garam sehingga lebih berdaya, namun lebih dari itu program ini telah mendorong terjadinya transformasi sosial, diantaranya menumbuhkan kemampuan petani garam untuk tidak tergantung pada cuaca,” jelas Field Manager PHE WMO Markus Pramudito.

Inovasi Sosial Salt Centre Terintergrasi

Program Salt Centre Terintegrasi dikembangkan pada tahun 2018 melalui fasilitasi penyediaan sarana dan prasana produksi garam serta penyediaan rumah garam sebagai salah satu upaya peningkatan produktivitas petani garam dikala musim penghujan. 

Rumah garam ini merupakan salah satu jalan keluar agar produksi garam tidak tergantung pada musim, karena hingga saat ini sebagian besar petani garam sangat bergantung pada musim dan ketika musim hujan/ kemarau basah hasil garam tentunya mengalami penurunan. Pelaksanaan program Rumah Garam di tahun 2018 terbukti efektif karena pada saat musim penghujan di tahun tersebut kelompok mampu produksi garam dengan hasil panen mencapai 11 ton dalam satu tahun penuh.

Pada 2022, PHE WMO mengembangkan program Salt Centre yang fokus pada pengembangan teknologi tepat guna untuk peningkatan kualitas garam. Adapun teknologi yang diterapkan adalah dengan membuat roughing filter, rumah garam portable dan juga alat cuci garam. 

Penerapan teknologi tepat guna tersebut telah berhasil meningkatkan kualitas garam rakyat di Desa Banyusangka dengan salah satu indikator pengukurannya adalah peningkatan kadar NaCl garam banyusangka dari yang sebelum ada program hanya sekitar 56,12% dan menjadi 94,07% dan telah memenuhi standart garam konsumsi. Selain itu, pelaksanaan program di tahun 2022 juga dilakukan dengan melakukan diversifikasi produk berbahan dasar garam dan juga pengembangan eduwisata garam. 

Meskipun telah berhasil dalam meningkatkan kualitas garam dan juga ekonomi masyarakat melalui inovasi yang dikembangkan, tetapi nyatanya masih terdapat masalah yang krusial yang dihadapi oleh petani garam di Indonesia. Masalah tersebut adalah minimnya jumlah produksi garam rakyat. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya