BRI Insurance Catat 10 Juta UMKM Sudah Lindungi Bisnisnya dengan Asuransi

Ilustrasi asuransi/keuangan.
Sumber :
  • Pixabay/Stevepb

Kediri – PT BRI Asuransi Indonesia atau BRI Insurance menegaskan komitmennya dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Hal itu salah satunya dilakukan dengan memberikan edukasi tentang literasi keuangan kepada 300 pedagang pasar dan industri mikro, kecil, menengah (IMKM) di Kediri, Jawa Timur.

Bank BRI Ambil Tindakan Tegas, Penyebar Hoax Uang Nasabah Hilang Minta Maaf

Chief Executive Officer BRI Insurance Budi Legowo mengatakan, mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2022, tingkat literasi jasa keuangan untuk sektor asuransi baru mencapai 31 persen dan inklusi keuangan 16 persen.

“Memang tantangan kami untuk  terus melakukan upaya agar masyarakat semakin paham atau sadar bahwa risiko bisa terjadi kapan saja,” kata Budi dikutip dari keterangannya, Kamis, 23 November 2023.

Festival Semarapura Kembali Digelar, Pemkab Klungkung Siapkan Ribuan Seniman dan Booth UMKM

Ilustrasi asuransi/menabung dan mengelola keuangan.

Photo :
  • Pixabay

Budi mengatakan, Indonesia berada di wilayah ring of fire di Indo-Pasifik yang rentan mengalami bencana alam, sehingga pelaku usaha dalam negeri memiliki urgensi yang tinggi untuk melindungi bisnis mereka

Sri Mulyani Ungkap Mood dan Fokus Para Pembuat Kebijakan Keuangan Global Lagi Begini

Budi menyebut jumlah UMKM yang telah memegang polis asuransi sudah mencapai 10 juta peserta pada tahun ini. Dengan penyebaran informasi dan akses yang masif, diharapkan jumlahnya bisa meningkat menjadi 13 juta hingga 14 juta pelaku usaha yang melindungi bisnisnya dengan asuransi.

Sementara itu, Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kediri Bambang Supriyanto menyoroti tingkat literasi keuangan masyarakat yang lebih tinggi dibandingkan tingkat inklusi. Artinya, pengguna asuransi masih jauh lebih sedikit dibandingkan tingkat pemahaman masyarakat tentang literasi asuransi.

Ilustrasi asuransi.

Photo :

“Ini berbanding terbalik dengan secara umum bahwa tingkat inklusi keuangan lebih tinggi, namun literasinya masih rendah,” ujar Bambang.

Kondisi tersebut mendorong pentingnya pemberian edukasi mengenai literasi keuangan agar masyarakat dapat lebih percaya untuk menggunakan produk jasa keuangan, terutama bila mempertimbangkan banyaknya kejahatan di industri keuangan, seperti pinjaman online (pinjol) ilegal serta investasi bodong.

“Masyarakat masih harus diedukasi tentang literasi keuangan agar tidak terus dirugikan dalam kaitannya dengan penggunaan produk jasa keuangan,” tutur dia. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya