Utang Luar Negeri RI Naik Lagi, Tembus Rp 6.237 triliun

Ilustrasi utang.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada November 2023 sebesar US$400,9 miliar atau setara Rp 6.237 triliun (kurs Rp 15.559). Jumlah itu tercatat lebih tinggi dari bulan Oktober 2023 yang sebesar US$392,2 miliar.

Rupiah Melemah, Sri Mulyani Beberkan Mata Uang Negara-negara G20 Kondisinya Senasib

Asisten Gubernur sekaligus Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan, meskipun mengalami kenaikan posisi utang luar negeri Indonesia masih tetap terkendali.

"Posisi ULN Indonesia pada November 2023 tercatat sebesar US$400,9 miliar, atau tumbuh 2,0 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 0,7 persen yoy," kata Erwin dalam keterangannya Senin, 15 Januari 2024.

Sri Mulyani Prediksi Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh 5,17 Persen

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono.

Photo :
  • BI

Erwin menjelaskan, kenaikan ULN itu terutama disebabkan oleh transaksi ULN sektor publik. Selain itu, posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global. Sehingga itu berdampak pada meningkatnya angka statistik ULN Indonesia valuta lainnya dalam satuan dolar AS.

Trade Minister: No Need to Worry about Weakening of Rupiah

Sedangkan untuk ULN Pemerintah tercatat sebesar US$192,6 miliar atau tumbuh 6,0 persen secara year on year (yoy). Jumlah itu meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya 3,0 persen yoy.

"Perkembangan ULN tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan penempatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan internasional, dalam bentuk Sukuk Global. Seiring sentimen positif kepercayaan pelaku pasar sejalan dengan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global," jelasnya.

Adapun untuk ULN swasta jelas Erwin, pada November 2023 tercatat sebesar US$196,2 miliar atau mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,2 persen yoy. Angka itu lebih dalam dibandingkan kontraksi pada bulan lalu sebesar 2,3 persen yoy.

Dia menuturkan, kontraksi pertumbuhan ULN tersebut bersumber dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 6,1 persen yoy, dan 2,5 persen yoy. Angka itu lebih dalam dibandingkan kontraksi pada bulan sebelumnya masing-masing sebesar 2,4 persen yoy dan 2,3 persen yoy.

Dengan perkembangan tersebut terang Erwin, struktur ULN Indonesia tetap sehat. Hal ini didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

"ULN Indonesia pada November 2023 tetap terjaga, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 29,3 persen, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 87,1 persen dari total ULN," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya