ADB: Pertumbuhan Ekonomi Asia 2011 Menurun

Ekonomi Cina
Sumber :
  • AP Photo/Greg Baker

VIVAnews - Kekhawatiran atas ekonomi Yunani dan wilayah Eropa telah membuat sejumlah lembaga dunia mengoreksi kembali proyeksi pertumbuhan ekonominya. Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia ditengah pelemahan permintaan dari sejumlah mitra dagang utama.

Dalam laporan Asia Development Outlook 2011 yang dikeluarkan hari ini, Rabu, 14 September 2011, ADB menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia dari sebelumnya 7,8 persen menjadi 7,5 persen. Proyeksi ekonomi Asia pada tahun 2012 juga diturunkan menjadi 7,5 persen dari sebelumnya 7,7 persen.

ADB menilai pelemahan permintaan dari Amerika Serikat dan Eropa terus berlanjut dan menimbulkan kesuraman bagi wilayah Asia. Kondisi ini terlihat dari pertumbuhan ekspor yang tumbuh sedikit sepanjang kuartal II-2011.

"Pada saat bersamaan, konsumsi domestik yang kuat dan perluasan perdagangan dalam regional telah membantu tingkat pertumbuhan yang kuat," ujar ADB Chief Economist Changyong Rhee. "Sejak proses pemulihan ekonomi global, pertumbuhan ekspor ke China dari beberapa negara Asia makin menguat dibandingkan ekspor mereka ke belahan negara lain."

Dalam laporan ADB disebutkan, pangsa pasar ekspor intraregional di antara negara Asia dengan skala ekonomi besar telah tumbuh dari 42 persen pada 2007 menjadi 47 persen pada pertengahan 2011.

Tekanan harga komoditas yang terus berlangsung dianggap masih menjadi tantangan bagi negara Asia yang tengah berupaya menekan tingkat inflasi rata-rata pada level 5,8 persen pada tahun ini. Naik dari sebelumnya diproyeksikan sebesar 5,3 persen. Tingkat inflasi wilayah Asia diperkirakan akan menurun pada tahun 2012 menjadi 4,6 persen seiring menurunnya harga komoditas.

ADB memperkirakan pertumbuhan Asia Timur akan tetap menjadi penentu ekonomi wilayah Asia dengan pertumbuhan mencapai 8,1 persen pada tahun ini. Proyeksi ini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 8,4 persen akibat aktivitas yang lebih moderat dari China.

Diperkirakan tahun depan, pertumbuhan ekonomi wilayah Asia Timur akan kembali menurun menjadi 8 persen kendati ada langkah pelonggaran dari pemerintah China.

Untuk wilayah Asia Utara, ADB juga memperkirakan akan ada pelambatan di tengah upaya otoritas moneter setempat yang tengah memerangi laju inflasi. Pertumbuhan ekonomi di wilayah ini hanya akan tumbuh 7,2 persen dengan inflasi mencapai 9,1 persen. Tahun depan, pertumbuhan ekonomi akan naik menjadi 7,7 persen dipimpin oleh India.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi untuk wilayah Asia Tenggara dan Asia Tengah diperkirakan akan menurun dari 6,1 persen menjadi 5,4 persen. Kegiatan ekonomi di wilayah ini diperkirakan akan didukung oleh kegiatan konsumsi, investasi, remitansi, serta harga komoditas ekspor.

Persoalan produksi minyak di wilayah Azerbaijan diperkirakan menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi Asia Tengah. Sementara untuk kawasan Asia Tenggara, pemangkasan proyeksi dari Malaysia, Philipina, Thailand, dan Vietanm telah membuat ekspektasi pertumbuan yang kuat dari Indonesia di bawah perkiraan. (eh)

Belajar dari Kecelakaan Fortuner Pelat Polri yang Ugal-ugalan di Tol MBZ
Publik diharapkan mendukung Bea Cukai dalam melakukan perbaikan

Pengamat Intelijen dan Keamanan Nasional Imbau Publik Dukung Perbaikan Bea Cukai

Diharapkan publik untuk mendukung Bea Cukai dalam melakukan perbaikan dan tidak menjadikan kesalahan oknum menjadi dosa institusi.

img_title
VIVA.co.id
7 Mei 2024