LIPI: Investasi Tahun Depan Cuma Tumbuh 10%

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia : Pembangunan Rusun
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVAnews - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperkirakan pertumbuhan investasi pada tahun depan hanya 7-10 persen. Pertumbuhan investasi itu lebih kecil jika dibandingkan tahun ini yang mencapai 13-15 persen.

"Ini dampak belum adanya kepastian ekonomi di zona Eropa," kata Peneliti Pusat Penelitian (P2) Ekonomi LIPI, Umi Karomah Yaumidin, saat jumpa pers 'Outlook Perekonomian Indonesia Tahun 2012' di kantornya, Jakarta, Kamis 22 Desember 2011.

Umi mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika dan Eropa akan berpengaruh pada aliran modal. Investasi asing dari Amerika dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan penurunan rata-rata US$1,4 miliar per tahun. Total investasi dari dua wilayah tersebut sekitar 15 persen, sedangkan dari Asia mencapai 60 persen.

"Namun, hampir 2/3 penanaman modal asing yang masuk berasal dari Singapura yang berafiliasi dengan perusahaan Amerika dan Eropa," tuturnya.

Peneliti P2 Ekonomi LIPI, Wijaya Adi, menambahkan, pemerintah memerlukan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang jauh lebih besar dari tahun ini guna meredam dampak krisis global. "Investasi yang masuk harus bisa diserap industri dalam negeri," katanya.

Ekonomi Tumbuh 6,3 Persen
Sementara itu, LIPI memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2012 akan lebih rendah dibanding target pemerintah. Saat pemerintah menargetkan pertumbuhan 6,7 persen, LIPI justru pesimistis dengan menetapkan angka 6,3 persen.

Wijaya menegaskan, penjagaan tingkat konsumsi masyarakat penting sebagai pengganti turunnya sektor ekspor akibat imbas krisis global. Dengan begitu pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tetap terjaga. "Inflasi perlu dijaga pada tingkat kewajaran," ujarnya.

Pemerintah, dia melanjutkan, dengan menjaga angka inflasi, maka konsumsi masyarakat dapat terjaga. Selain itu, dengan rendahnya inflasi, maka bunga bank akan lebih rendah pula.

Dengan rendahnya bunga diharapkan pinjaman akan meningkat, baik untuk konsumsi maupun produksi. "Dalam kerangka demikian, suka atau tidak, perbankan harus dapat menjalankan usahanya dengan efisien," tuturnya.

Selain itu, rasa nasionalisme dalam konsumsi, dia menambahkan, menjadi kunci penguatan sektor domestik di tengah era perdagangan bebas saat ini. Nasionalisme konsumsi dalam arti pemilihan barang-barang produksi dalam negeri. "Meningkatnya produk impor merupakan kerugian bagi produk domestik," katanya.

Wijaya menjelaskan, hal terakhir dalam penguatan ekonomi domestik ialah dengan peningkatan distribusi barang dan jasa pada tingkat yang paling efisien dan efektif. "Efisien dalam arti biaya distribusi dapat ditekan, dan efektif berkaitan dengan ketersediaan barang dan jasa pada tempat serta waktu yang tepat," ujarnya. (art)

Jawaban Menohok Chandrika Chika saat Hendak Dibawa ke BNN Lido
Refluks asam lambung, sakit lambung, gerd

5 Makanan yang Tidak Boleh Dikonsumsi oleh Penderita Asam Lambung, Apa Saja?

Asam lambung adalah kondisi medis yang terjadi ketika cairan asam lambung naik ke kerongkongan, menyebabkan sensasi terbakar yang tidak menyenangkan di bagian dada.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024