- VIVA.co.id/Ririn Aprilia
VIVA.co.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, meminta anggaran pada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mengembangkan energi baru terbarukan (EBT). Pemerintah juga ingin mengubah mainstream dari usaha minyak dan gas (migas) ke usaha EBT.
Sudirman mengatakan, dengan kondisi energi fosil yang semakin menipis, sudah saatnya EBT dikembangkan. Pemerintah pun serius untuk mencapai amanat yang diberikan Dewan Energi Nasional (DEN) dan Kebijakan Energi Nasinal (KEN) yang menyebut pada 2025, EBT bisa mencakup 35 persen.
"Kita akan agresif investasi di EBT. Untuk bujet, kita minta bantuannya kepada Komisi VII DPR RI. Karena kita juga harus bangun pendukungnya," ujar Sudirman di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Jakarta, Rabu, 8 April 2015.
Diakuinya, dengan kondisi turunnya harga minyak mentah, pengembangan EBT menjadi kurang menarik. Namun, jika energi fosil benar-benar habis, mau tidak mau EBT menjadi andalan.
Saat ini, pemerintah juga mewajibkan PT Pertamina maupun PT PLN untuk ikut mengembangkan EBT. Ini sebagai bukti keseriusan pemerintah, agar industri penunjang EBT, seperti solar cell dan lain sebagainya bisa tumbuh dan berkembang dengan serius.
"Sebelumnya, banyak pabrik solar cell yang buka-tutup, karena pemerintah tidak konsisten. Pabrik buka ketika ada proyek, tidak ada proyek tutup lagi," tuturnya.
Selain itu, saat ini, pemerintah juga menerapkan pencampuran BBM dengan bahan bakar nabati (BBN) hingga 15 persen. Dengan biodisel tersebut, akan memberikan manfaat besar, seperti menurunkan impor BBM, menghemat devisa, dan bisnis minyak sawit juga akan naik dan harga akan baik. (asp)
![vivamore="Baca Juga :"]
Produksi Gas PHE Lampaui Target 2016, Ini Pendorongnya
Blok-blok migas yang dikelola masih bisa diandalkan.
