- VIVAnews/Ahmad Rizaluddin
Hal tersebut, disampaikan melalui konferensi pers dalam acara Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 di Jakarta Convention Center Senayan, Jakarta, Selasa 21 April 2015.
"Selama ini, Indonesia kurang perhatian terhadap negara Afrika. Padahal, penduduk Afrika banyak yang tinggal di Indonesia. Selain itu, sumber daya seperti lahan, hutan, dan energi mineral sangat potensial di Afrika," ujarnya.
Kemudian, di bidang perdagangan pun selama ini Indonesia belum pernah membeli secara langsung dari Afrika. Namun, melalui perantara negara di Eropa, karena banyak hal yang menghambat.
"Selama ini, 90 persen deal-nya melalui Eropa. Padahal, itu komoditas dari Afrika. Kita ada hambatan kalau beli langaung, karena bakal repot dan segala macam. Sekarang di Eropa dan Amerika itu menurun, sedangkan di Afrika justru meningkat. Memang pendapatan beberapa negara Afrika rendah, politik yang tidak stabil. Tetapi, sekarang jauh lebih baik," tuturnya.
Mintardjo menjelaskan, banyak produk hasil industri yang dibutuhkan di Afrika dapat diekspor oleh Indonesia.
"Afrika butuh barang-batang yang cukup banyak, sedangkan permintaan dari Afrika itu nggak neko-neko, termasuk standar-standar yang mungkin sangat sulit untuk kita. Berbicara kelapa sawit, mereka nggak minta barang muluk-muluk seperti Eropa," ungkapnya.
Selain itu, Mintardjo menyampaikan, dalam menghadapi pertumbuhan global, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan kerja sama antara Indonesia-Afrika untuk memaksimalkan segala sumber daya.
"Menghadapi pertumbuhan global, kita harus memanfaatkan energi, lahan, dan mineral yang mereka punya. Ini yang harus kita garap dengan potensi yang mereka miliki," tambahnya. (asp)