- VIVAnews/Ahmad Rizaluddin
VIVA.co.id - Tingginya harga gas PT Pertamina (Persero) menyebabkan harga gas di Sumatera Utara meroket. Pertamina pun angkat bicara tentang masalah ini.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, mengatakan bahwa pihaknya tengah mengkaji jalan keluar dari mahalnya harga gas tersebut. Pihaknya tengah mengkaji dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Ini tentunya yang nanti akan dilakukan buka-bukaan," kata Dwi di kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), Tuban, Jawa Timur, Rabu, 11 November 2015.
Dwi melanjutkan, biaya infrastruktur turut berpengaruh terhadap harga gas. "(Nantinya turut dibahas) apakah pembangunan infrastruktur dengan IRR--internal rate return--yang wajar itu berapa sehingga tidak membebani untuk biaya infrastruktur," kata eks direktur utama PT Semen Gresik itu.
Sebelumnya, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk/PGN mengungkapkan alasan mahalnya harga gas industri di Medan, Sumatera Utara. Perusahaan pelat merah itu menyebut tingginya harga gas yang dipasok PT Pertamina (Persero) menjadi penyebabnya.
Sementara itu, Kepala Divisi Komunikasi Korporat PGN, Irwan Andri Atmanto, mengatakan bahwa harga beli gas PGN yang dialirkan dari kilang regasifikasi Arun, Aceh, yang merupakan milik Pertamina, sebesar US$13,8 per mmbtu. PGN pun menjualnya ke industri di Medan sebesar US$14 per mmbtu.
"PGN hanya mengambil biaya operasional dan biaya perawatan pipa yang mencapai 700 km sebesar US$0,2 per mmbtu," kata Irwan di Jakarta, 10 November 2015. (ase)
Lumpur Meluber ke Rumah Warga, Ini Penjelasan Pertagas
Lumpur pipa Pertagas meluber ke jalan dan rumah warga di Bekasi.
