Kejar Devisa Negara, Pemerintah Sasar Sektor Alternatif

Staf Ahli Menko Perekonomian Edy Putra Irawady.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Moh Nadlir

VIVA.co.id - Sejumlah komoditas ekspor produk dan barang Indonesia ke luar negeri, kini tak mampu lagi menyumbangkan devisa untuk negara. Hal itu dikatakan Deputi Menko Perekonomian Bidang Perniagaan dan Industri, Edy Putra Irawady, sebagai akibat akal-akalan regulasi asing yang melemahkan ekspor Indonesia.

Maumere Siap Jadi Panggung Wisata Nasional dan Dunia
 
"Banyak ekspor perusahaan yang tergerus, karena tak bisa bersaing. Akhirnya tak mampu sumbangkan devisa bagi negara," kata Edy di Jakarta, Senin 7 Maret 2016.
Ini Alasan Bali Sibuk Gencarkan Desa Wisata
 
Untuk itu, sambil menunggu perusahaan tanah air mampu menciptakan produk dan barang yang mampu bersaing di tingkat global, pemerintah, kata dia, tengah mendorong pemasukan devisa negara dari sektor alternatif lainnya seperti sektor pariwisata, ekspor jasa dan produk-produk inovatif Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta lainnya.
Sri Mulyani: Nilai Perjanjian WIEF US$900 Juta, Masih Kecil
 
"Nah sembari menunggu perusahaan untuk mampu berdaya saing, kita cari sektor lain yang bisa mendatangkan devisa," ungkap Edy.
 
Menurut Edy, banyak komoditas unggulan Indonesia yang mampu berdaya saing. Seperti makanan siap saji atau ready to cook misalnya pempek cepat saji dan makanan tradisional lainnya.
 
"Ya utamanya makanan yang ready to cook. Terus sektor farmasi, kita punya keunggulan di sana (farmasi). Bahkan meubel untuk orang sakit juga kita punya keunggulan," terang dia. 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya