Jurnalisme Robot, Berita Tanpa Emosi

Ilustrasi penggunaan robot dalam aktivitas manusia.
Sumber :
  • REUTERS/Michaela Rehle

VIVA – Sejak tiga tahun lalu, stasiun televisi dan situs berita Cable News Network (CNN) meluncurkan robot khusus yang memproduksi teks untuk melayani pelanggan mereka, khususnya di Facebook, di seluruh dunia.

AJI dan LBH Pers Harap Pelaksanaan Perpres Publisher Rights Akuntabel

Tak cuma itu, di Washington Post, dikenal alat bernama Heliograf. Tahun 2016, lebih dari 500 artikel diproduksi menggunakan alat itu. "Heliograf menciptakan model baru untuk sebuah liputan hiperlokal," ujar seorang direktur di Washington Post, Jeremuy Gilbert.

Begitu pun dengan Associated Press, media ternama ini pun juga telah bekerjasama dengan Automated Insight, yang mampu mengubah data menjadi teks sederhana.

Sah! Jokowi Teken Perpres Publisher Rights, Harap Keberlanjutan Industri Media

Meski baru terbatas laporan keuangan. Namun berkat ini AP bisa memproduksi 4.400 laporan keuangan dalam waktu cepat. Termasuk juga Los Angeles Times, yang kini telah memanfaatkan robot untuk menulis berita tentang gempa bumi dan pembunuhan.

Robot Petugas Bandara di Jerman

Jelang HPN 2024, Pengamat Ungkap Tantangan Jurnalisme di Tengah Distrupsi Digital

Diakui pesan teks telah menjadi salah satu medium populer dalam proses interaksi manusia. Di WhatsApp misalnya, setidaknya ada 60 miliar pesan setiap hari selalu berseliweran.

Tak cuma itu, penelitian menunjukkan bahwa setiap hari ada lebih dari empat juta artikel yang masuk dalam sebuah laman, dan lebih dari 215 miliar email terkirim. Jelas ini bukan angka sedikit.

Merujuk dari itulah, muncul ide untuk menyempurnakan teks itu khususnya dalam memproduksi berita atau informasi secara automatis dan bahkan bisa lebih personal atau langsung ke penerima.

Itu jualah yang kini telah dimanfaatkan di sejumlah media ternama di luar negeri. Dengan menempatkan robot untuk memproduksi berita tertentu, pekerjaan mereka menjadi terbantu.

"Kami tidak ingin menggantikan kerja jurnalis. Ini cuma bantuan untuk mempermudah kerja jurnalis," ujar Doron Tal, pendiri Startup Articoolo dikutip dari haaretz.

Articolo, adalah sebuah alat karya Israel yang bisa menulis teks sederhana secara otomatis berupa 500 kata dalam dua menit. Mesin ini diklaim memiliki kecerdasan tinggi. Sehingga membuat orang kesulitan membedakan teks buatan manusia atau robot.

Bahkan, Articolo yang telah diluncurkan pada dua tahun lalu ini, juga dirancang bisa membedakan mana artikel hoaks atau bukan. Sejauh ini, mesin ini dilaporkan telah dimanfaatkan lebih dari 33 ribu pengguna di dunia.

Di Indonesia, penggunaan robot penulis, mulai digagas beritagar.id, per tahun 2018 dengan memfokuskan pada laporan hasil pertandingan sepak bola. Dasarnya, data yang muncul dalam pertandingan umumnya konsisten dan berupa pengulangan.

"Data hasil pertandingan dimaksud, juga merupakan fakta yang tak butuh verifikasi sehingga dapat disajikan apa adanya kepada Anda," tulis beritagar.id dilamannya.

Jauh sebelum ini, serupa dilakukan Microsoft Indonesia. Produk robotnya adalah Rinna. Ia berupa mesin cerdas yang bisa merayu, dan di-setting tidak memakai kalimat formal.

Ilustrasi media massa.

Rinna adalah chatbot pertama di Indonesia memanfaatkan deep learning, big data, dan mesin pencarian Bing di komputasi awan Azure. Sementara ini Rinna hanya beroperasi di layanan pesan instan line.

Terlepas itu, yang pasti jurnalis robot memang memiliki dua sisi. Ia mungkin saja bisa menjadi pembantu kerja penulisan. Di sisi lain ia juga bisa mengancam profesi jurnalis.

"Saya tidak yakin apakah jurnalisme masih jurnalistik tanpa reporter. Tapi akan ada banyak manfaat yang bisa dipelajari jurnalis untuk memperbaiki laporan mereka," ujar pengembang Wikimedia Foundation, Melody Kramer.

"Jurnalisme automatik akan membuat jurnalis bisa melakukan pencarian berita yang lebih mendalam dan menarik. Sementara hal yang membosankan akan dilakukan oleh robot," tambah Claire Wardle dari Tow Centre for Digital Journalism.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya