Pengakuan Mengejutkan Duterte: Saya Bukan Katolik, Saya Islam

Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Wisnu Widiantoro

VIVA – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, kembali mengeluarkan pernyataan mengejutkan. Ia mengaku bahwa ia bukan beragama Katolik, bahkan mengkritik para pemimpinnya 'gila'.

SEA Games Bermasalah, Presiden Filipina Minta Maaf

"Ada bagian dari diri saya yang sebenarnya adalah Islam. Itu sebabnya, bahkan jika saya dan para pendeta gila itu bertengkar, saya bukan seorang Katolik. Saya Islam, itu benar," kata Duterte dalam pidatonya, seperti dilansir dari Manila Times, Kamis 24 Januari 2019.

Duterte mengucapkan syukurnya kepada Allah, mengenai adanya kemajuan disahkannya Undang Undang Organik Bangsamoro (BOL). Dia berbicara di kota Cotabato, Filipina, yang warganya mayoritas beragama Islam.  

Cabang Duathlon Sukses Tambah Medali Emas Indonesia

"Tuhan pasti baik untuk kita. Fakta bahwa kita telah mencapai titik ini setelah bertahun-tahun negosiasi dan interupsi. Kita di sini. Insya Allah. Tuhan itu agung. Allahu Akbar," lanjutnya.

Pernyataan Duterte datang sehari setelah Malacanang (istana Presiden Filipina) mengatakan kepada para pemimpin Gereja Katolik untuk tidak ikut campur mengenai bagaimana presiden menjalankan pemerintahan.

Presiden Filipina Minta Panitia SEA Games Gratiskan Tiket Pertandingan

Presiden berusia 73 tahun itu lahir dan besar sebagai seorang Katolik. Namun selama memimpin negara di Asia Tenggara tersebut, Duterte kerap menyerang Gereja Katolik dan ajarannya dengan komentar kontroversial.

Tahun lalu, dia menuai kritikan setelah menyebut Tuhan 'bodoh'. Setelah itu, Duterte terpaksa harus melakukan dialog dengan para pemimpin gereja karena ucapan kasar tersebut.

Baru-baru ini, Duterte menyarankan kepada orang-orang untuk merampok dan membunuh para uskup yang berpenghasilan tinggi. Namun istana presiden Filipina berulang kali membela retorika Duterte terhadap anggota gereja.

Menurut pihak istana, pernyataan Duterte itu hanya untuk membela diri melawan uskup dan imam yang menggunakan mimbar untuk menentang pemerintahannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya