-
VIVA – Pejabat dan politisi Muslim Jerman, Sawsan Chebli, mengaku tak gentar menghadapi ancaman pembunuhan dari gerakan radikalisme sayap kanan atau Neo-Nazi.
Ia diancam supaya mundur dari kehidupan politiknya sampai malam Natal atau 24 Desember mendatang.
Perempuan berusia 41 tahun yang berasal dari anggota Partai Sosial Demokrat SPD ini mengungkapkan kepada publik perihal ancaman pembunuhan yang diterimanya.
"Saya tidak akan membiarkan diri saya diintimidasi oleh pendukung Nazi. Tapi saya akan bersuara lebih lantang lagi untuk keberagaman," kata Chebli, seperti dikutip dari DW, Rabu, 4 Desember 2019.
Ancaman pembunuhan ini didapatnya lewat email pribadinya dan dipublikasikan melalui foto-foto di akun Twitternya pada Senin, 2 Desember kemarin.
"Kami menuntut Anda agar mengumumkan pengunduran diri dari jabatan Anda tepat pukul 00.00 tanggal 24.12.2019," demikian ditulis dalam surat ancaman itu, yang ditandatangani secara anonim dengan kata-kata "Soldaten der Cyberreichtswehr" atau pasukan siber kekaisaran.
Sebelumnya, politisi Partai Hijau Cem Özdemir dan Claudia Roth, pada akhir Oktober lalu juga menerima ancaman serupa yang ditandatangani oleh gerakan radikalisme kanan yang menamakan dirinya "Divisi Senjata Atom Jerman".
Lihat Juga
-
Kemenhumkam Beberkan Ciri-ciri Orang yang Terpapar Radikalisme
-
Kemenkumham Bicara Penyebab ASN Terpapar Radikalisme
-
-
ASN Milenial Banyak Terpapar Radikalisme, Berguru ke Mbah Google
-
Kominfo Terima 94 Aduan, Ada ASN Diduga Anti Pancasila dan NKRI
-
Anggota Pasukan Khusus Terpapar Radikalisme
-
Tangkal Radikalisme, Pelajaran PMP Perlu Dihidupkan Kembali
Sawsan Chebli pernah mengukir sejarah, karena menjadi Muslimah pertama di Kementerian Luar Negeri Jerman, khususnya posisi wakil juru bicara periode 2014-2016.
Ia putri dari keluarga imigran asal Palestina yang datang ke Jerman pada 1970 dari sebuah kamp pengungsi di Lebanon.
Chebli mengaku rajin menunaikan salat lima waktu, puasa Ramadan, tidak mengonsumsi babi, dan tak menenggak alkohol. Ia diketahui sering menjadi sasaran ancaman melalui media sosial.
Para pertengahan tahun ini, ia mengaku bahwa setiap minggunya mengajukan 20 sampai 30 pengaduan pidana hanya dari ancaman kelompok radikalisme tersebut.
Pada Oktober 2018, Sawsan Chebli menonaktifkan akun Facebooknya sebagai reaksi atas serangkaian pesan ujaran kebencian atau hate speech yang ditujukan kepadanya.
-