Trump Minum Obat Antimalaria Demi Cegah Corona Berisiko Botak

Presiden Brasil Jair Bolsonaro saat bertemu Donald Trump, 7 Maret lalu.
Sumber :
  • rt.com

VIVA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengonsumsi obat anti-malaria kontroversial yang disebut dengan hydroxychloroquine untuk mencegah dirinya tertular virus Corona COVID-19. Namun dia akan sangat terkejut apabila tahu efek samping dari obat, yang telah dikonsumsinya selama satu minggu tersebut.

Ebrahim Raisi, Almarhum Presiden Iran yang Ancam Lenyapkan Israel dari Peta Dunia

Hydroxychloroquine hanya disetujui untuk mengobati lupus dan rheumatoid arthritis di mana Badan Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) memperingatkan agar tidak mengonsumsi obat itu tanpa resep karena dapat menyebabkan masalah jantung.

Mungkin yang akan lebih mengkhawatirkan bagi presiden dan rambut pirang uniknya adalah beberapa efek samping hydroxychloroquine yang menyebabkan sakit kepala, mual, sakit perut, ruam kulit, gatal bahkan rambut rontok.

Kemenkominfo: Prof Salim Said Merupakan Sosok Teladan bagi Wartawan Modern

Dalam keterangan pers di Gedung Putih, Trump mengaku tim dokter tidak merekomendasikan obat itu tetapi dia tetap memintanya. Trump menepis kekhawatiran tentang efek samping obat, dan mengklaim banyak pekerja medis garda terdepan yang meminumnya.

"Saya mulai meminumnya karena saya pikir itu bagus. Saya telah mendengar banyak cerita bagus," kata Trump dikutip Metro, Rabu 20 Mei 2020.

IDI Rayakan Puncak Hari Bakti Dokter Indonesia 2024 di Yogyakarta

Menanggapi hal ini, Trump dikritik oleh para petugas medis dan politisi termasuk Ketua DPR AS Nancy Pelosi yag mengatakan bahwa Trump sangat gemuk dan bisa berisiko bila mengonsumsi obat keras itu . "Dia adalah presiden kita dan dia seharusnya tidak mengonsumsi sesuatu yang belum disetujui oleh para ilmuwan. Terutama dalam kelompok usianya. Jadi saya pikir itu bukan ide yang baik," ungkap Pelosi. 

Baca juga: Arab Saudi Lockdown Penuh Saat Idul Fitri


 

Presiden Iran Ebrahim Raisi

Raisi Berusaha Keras Keluarkan Iran dari Sanksi AS dan Negara-negara Barat, Menurut Pengamat

Pengamat hubungan internasional menilai Ebrahim Raisi memilih posisi tegas dalam negosiasi dan berusaha keras mengeluarkan Iran dari sanksi-sanksi AS dan negara Barat.

img_title
VIVA.co.id
21 Mei 2024