Logo ABC

Gaji Rp30 Juta Per Bulan, Pelaut RI Senang Kerja di Kapal Australia

Nelayan asal Indonesia Aslam Yusuf bekerja di salah satu kapal ikan yang berbasis di Darwin, Australia, sejak Agustus 2021.  ()
Nelayan asal Indonesia Aslam Yusuf bekerja di salah satu kapal ikan yang berbasis di Darwin, Australia, sejak Agustus 2021.  ()
Sumber :
  • abc

"Setelah bekerja sekitar tiga bulan, salah satu dari kami berlima sudah ada panggilan bekerja ke Australia," katanya.

Beberapa bulan kemudian Arfan juga menerima panggilan melalui agennya di Jakarta.

"Masih ada prosedur yang harus dilakukan seperti cek kesehatan, perpanjangan sertifikat pelaut dan tanda tangan kontrak. Sebelum berangkat pun kami harus membayar ke agen sekitar Rp25 juta," jelasnya.

Merasa senang bekerja di Australia

Membandingkan pengalamannya saat bekerja di kapal Taiwan, Aslam menyebut, pekerjaan mereka saat ini jauh lebih menyenangkan.

"Setelah tamat sekolah perikanan di Kabupaten Bone, saat pembagian ijazah, guru kami memperkenalkan salah satu perusahaan yang menyalurkan pekerja ke kapal Taiwan," katanya.

Ada 12 pelaut yang mendapatkan kontrak kerja di kapal Taiwan selama dua tahun. 

"Kami bekerja di kapal ikan dan cumi selama 6 hingga 7 bulan per trip. Tapi setelah satu trip ternyata banyak teman kami yang pulang karena tidak tahan," ucap Aslam.

Ia menyebut seringkali terjadi kekerasan di atas kapal serta gaji yang diterimanya terbilang minim. Mereka bekerja bersama pelaut dari Filipina, China, Vietnam, dan Taiwan.

Dari 12 rekannya, tinggal lima orang yang bertahan di kapal Taiwan tersebut termasuk Aslam sendiri.